Festival Musik di Jerman Diwarnai Bom Bunuh Diri Pria Suriah

Petugas forensik di luar lokasi ledakan di Reutlingen, Jerman
Sumber :
  • REUTERS/Vincent Kessler

VIVA.co.id – Seorang pria berkebangsaan Suriah yang diketahui menolak suaka Jerman tahun lalu, melakukan aksi teror bom bunuh diri di sebuah festival musik di Bavaria, Jerman Selatan. Teror bom ini merupakan serangan keempat dalam waktu kurang dari satu minggu di Jerman.

Ledakan tersebut terjadi di luar sebuah restoran, Eugens Weinstube, sesaat setelah pelaku ditolak masuk ke festival musik Ansbach Open. Lebih dari 2.000 orang dievakuasi setelah ledakan, dan area tersebut telah di blokir.

Pihak Kepolisian setempat mengatakan, 12 orang terluka, termasuk tiga diantaranya mengalami luka berat, dalam serangan di Ansbach, sebuah kota kecil barat daya Nuremberg, yang juga merupakan salah satu pangkalan Angkatan Darat AS.

Menteri Dalam Negeri Bavaria, Joachim Herrmann mengatakan, belum diketahui apakah pria tersebut memang merencanakan bunuh diri atau menargetkan kerumunan orang.

"Pria Suriah tersebut tiba di Jerman tahun lalu, dan sebelumnya telah melakukan percobaan bunuh diri sebanyak dua kali," kata Herrmann, seperti diberitakan kantor berita Reuters, Senin, 25 Juli 2016.

Pria 27 tahun itu diketahui membawa ransel yang dipenuhi bahan peledak dan logam, yang menurut Hermann sangat mungkin membunuh lebih banyak orang. Tidak menutup kemungkinan bahwa serangan ini terhubung dengan kelompok ISIS, meskipun penyelidikan lebih lanjut masih perlu dilakukan.

Terkait hal ini, salah satu pejabat intelijen AS yang tak disebutkan namanya mengatakan, penyidik akan fokus untuk mengetahui apa yang dilakukan pelaku sebelum meninggalkan Suriah, mengapa ia menolak suaka dan apakah percobaan serangan tersebut bersifat pribadi atau politik.

Insiden ini akan semakin menambah kegelisahan masyarakat sekitar, mengenai Kebijakan Pintu Terbuka bagi pengungsi, oleh Kanselir Angela Merkel. Berdasarkan kebijakan tersebut, lebih dari satu juta migran telah memasuki Jerman selama tahun lalu, kebanyakan dari mereka melarikan diri dari Afghanistan, Suriah dan Irak.