Harapan WNI di Inggris Terhadap Referendum Brexit
- reuters.com
VIVA.co.id – Referendum atau jajak pendapat penentuan masa depan Inggris di Uni Eropa (Brexit), pada Kamis, menjadi pengalaman tersendiri bagi warga negara Indonesia (WNI), baik bekerja maupun menempuh pendidikan, di sana.
Salah satunya Sri Anendya Lestari. WNI yang resmi menjadi warga Inggris sekitar dua tahun ini mengaku memilih remain atau tetap berada di Uni Eropa.
"Saya akan datang ke TPS (tempat pemilihan suara) nanti malam (dini hari waktu Indonesia). Saya akan memilih remain (Inggris tetap bergabung Uni Eropa)," kata Sri kepada VIVA.co.id, Kamis, 23 Juni 2016.
Menurut wanita yang sudah tinggal 10 tahun di Inggris ini, alasan memilih bergabung karena dua hal. Pertama, segi pendanaan penelitian (research funding). Kedua, mudahnya pertukaran penelitian.
"Kalau bergabung, biaya riset tidak mengalami perubahan. Karena di institusi tempat saya bekerja banyak mengadakan penelitian. Selain itu, peneliti di sini tidak hanya dari Inggris saja melainkan dari Uni Eropa seperti Spanyol dan Italia," ungkap Sri, yang bekerja sebagai Teknisi Penelitian di University of Cambridge, Inggris.
Wanita yang tinggal di daerah Welwyn Garden City, 30 mil dari Ibu kota London, ini mengaku tempatnya bekerja membutuhkan peneliti dari luar Inggris, terutama Uni Eropa, sebagai transfer ilmu dan teknologi.
Oleh karena itu, apabila Inggris akhirnya berpisah dari Uni Eropa maka arus peneliti dari luar Inggris diperkirakan bakal berkurang. Padahal, menurut Sri, tenaga dan pemikiran mereka masih dibutuhkan di institusi tempatnya bekerja.
"Saat ini Inggris dan Uni Eropa menerapkan bebas visa. Proses izin kerja pun singkat. Antara dua minggu hingga satu bulan. Kalau ke luar otomatis birokrasi perizinan akan lebih panjang. Selain itu harus membuat visa pula. Khusus izin kerja itu lebih lama ketimbang visa turis yang satu bulan," tutur Sri.