China Kembali Batasi Muslim Berpuasa

Pria berjenggot dari etnis Uighur di Xinjiang, China.
Sumber :
  • REUTERS

VIVA.co.id –  Tidak seperti negara lainnya yang menyambut baik bulan suci Ramadan, negara China malah menyambut awal Ramadhan ini dengan pemberlakuan larangan adat kepada PNS, mahasiswa dan anak-anak di daerah mayoritas Muslim untuk ikut menjalankan ibadah puasa.

Dilansir dari laman Khaleej Times, Selasa, 7 Juni 2016, Partai Komunis yang berkuasa di China selama bertahun-tahun telah melarang pegawai pemerintah dan anak-anak untuk ikut puasa di Xinjiang, rumah bagi lebih dari 10 juta kaum minoritas Uighur yang sebagian besar merupakan Muslim. Tidak hanya itu, pemerintah juga memerintahkan agar rumah makan di daerah tersebut tetap dibuka.

"Anggota Partai, kader, PNS, mahasiswa dan anak di bawah umur tidak boleh berpuasa pada bulan Ramadan dan tidak harus mengambil bagian dalam kegiatan keagamaan. Selama bulan puasa, bisnis makanan dan minuman tidak boleh ditutup," kata pernyataan resmi yang dikeluarkan pemerintah kota Xinjiang.

Di kota Altay, para pejabat sepakat untuk meningkatkan kontak dengan orang tua dalam upaya mencegah dilakukannya puasa selama bulan Ramadan. Sementara itu situs pemerintah Qapqal Xibe Autonomous County di Barat Laut Xinjiang mengatakan bahwa restoran akan diinstruksikan untuk tetap dibuka selama bulan Ramadan untuk memastikan bahwa massa yang lebih luas memiliki akses yang normal untuk makan dan minum.

Sebagai respons terhadap pelarangan ini, Dilxat Raxit dari Kongres Uighur Dunia, sebuah kelompok pengasingan, mengutuk pembatasan tersebut dan mengatakan pemerintah China berpikir bahwa iman Islam Uighur akan mengancam supremasi kepemimpinan Beijing.

Sudah bertahun-tahun kelompok Muslim minoritas Uighur melakukan pemberontakan pada pemerintah China. Menurut pemerintah China, mereka memberantas kelompok militan dan ekstremis yang menuntut kemerdekaan dan pemisahan diri etnis Uighur dari pemerintah China. Namun kelompok-kelompok HAM berpendapat ketegangan itu terjadi karena adanya pembatasan agama dan budaya terhadap Uighur dan kelompok minoritas Muslim lainnya di daerah yang luas, yang berbatasan Asia Tengah.

Untuk diketahui, bulan puasa di Xinjiang bertepatan dengan musim panas. Selama musim panas di negeri paling barat China ini, matahari bisa bersinar lebih dari 18 jam sehari sehingga akan menyulitkan setiap orang yang berpuasa untuk beraktivitas secara normal selama bulan Ramadan.