Genjot Industri Pertahanan, Rusia Anggarkan Rp340 Triliun

Ilustrasi pesawat mata-mata terbaru Rusia.
Sumber :
  • en.wikipedia.org

VIVA.co.id – Posisi Rusia sebagai produsen senjata nomor dua terbesar di dunia akan dipertahankan. Rusia bertekad memproduksi senjata dan alat pertahanan yang canggih.

Perdana Menteri Rusia, Dmitry Medvedev mengatakan, ia telah menyetujui versi baru dari Program Pembangunan Kompleks Industri Pertahanan Negara untuk 2016-2020. "Kami sedang terlibat dalam proses melengkapi seluruh tentara, Angkatan Bersenjata, dan Angkatan Laut dengan sampel baru senjata. Ada target-target tertentu untuk bertemu dan tentu, perlu untuk memastikan daya saing produk kami di seluruh dunia," kata Medvedev saat melakukan pertemuan dengan Wakil Perdana Menteri pada Senin, 30 Mei 2016.

Menurutnya, Rusia telah melakukan pengembangan yang cukup baik dalam menjual persenjataan di dunia. "Kita adalah negara kedua pemasok senjata dalam volume besar seperti ke pasar internasional. "Kami harus mempertahankan posisi ini," kata Medvedev, seperti dikutip dari kantor berita TASS, Selasa, 31 Mei 2016.

"Kami membutuhkan industri pertahanan modern, yang dapat memenuhi kebutuhan militer kita, yaitu, melaksanakan program persenjataan", katanya menambahkan.

Berbicara tentang daya saing senjata Rusia, Medvedev mengatakan bahwa sukses di pasar global dapat dicapai hanya dengan komplek industri militer yang canggih. Menurutnya, semua negara, bahkan negara dunia ketiga, ingin mendapatkan senjata yang canggih. Itu akan menjadi peluang Rusia untuk memodernisasi produksi mereka.

Perdana Menteri  menginstruksikan Wakil Perdana Menteri Dmitry Rogozin untuk mengontrol pelaksanaan program tersebut. Rogozin mengatakan, untuk mendukung program tersebut, negaranya menganggarkan dana senilai 1,67 triliun rubel  atau sekitar Rp340 triliun. "Jumlah total alokasi anggaran akan mencapai 1,67 triliun rubel," kata Rogozin.

Menurut dia, program ini akan menetapkan langkah-langkah untuk mendukung kompleks industri pertahanan, khususnya, substitusi impor produk militer yang sebelumnya telah diimpor dari negara-negara anggota NATO, dari Uni Eropa dan Ukraina.

"Selain itu, program ini membayangkan bantuan ilmiah untuk industri pertahanan, yang akan memungkinkan untuk meningkatkan kinerja teknis dari persenjataan yang ada. Elemen penting lainnya dari sistem, menurut Rogozin, adalah pembuatan turbin gas untuk Angkatan Laut dan penerbangan.

Rogozin juga mengatakan, saat ini Rusia sedang menciptakan sampel baru pesawat, termasuk pesawat sipil. "Rusia akan memulai skala penuh untuk menciptakan mesin, yang bahkan Uni Soviet juga tidak pernah memproduksinya."

(mus)