Jokowi Berbicara di KTT G-7, Ini yang Dia Sampaikan

Presiden Joko Widodo bersama para pemimpin dunia di KTT G7 di Jepang, 27 Mei 2016.
Sumber :
  • REUTERS/Carlos Barria

VIVA.co.id – Walau bukan anggota Forum Tujuh Negara Maju (G-7), Presiden Joko Widodo hari ini diberi kesempatan untuk berbicara di sesi pertama Konferensi Tingkat Tinggi G-7 Outreach, yang berlangsung di Ise Shima, Jepang. Bahkan Jokowi tampil sebagai pembicara utama, yang membahas "Stabilitas dan Kesejahteraan di Asia."

Kepada para pemimpin negara maju, termasuk Amerika Serikat dan tuan rumah Jepang, Presiden Jokowi mengemukakan bahwa Asia Pasifik adalah kawasan yang tergolong paling aman dibandingkan kawasan lainnya. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika Asia pada 2016-2017 diperkirakan memiliki pertumbuhan ekonomi relatif lebih baik, yakni sekitar 5,3 persen dibanding rata-rata dunia yang sebesar 3,2 persen.

“Tahun lalu, ekonomi Indonesia di kuartal empat tumbuh 5,04 persen,” kata Jokowi, seperti dikutip dari situs Setkab, Jumat, 27 Mei 2016. Menurut pria nomor satu di Indonesia ini, dunia memahami bahwa potensi Asia untuk berkembang masih besar.

Berdasarkan proyeksi Asian Century 2050, Asia akan menghasilkan PDB sebesar US$174 triliun atau 52 persen dari PDB dunia.

"Sebagai bagian dari Asia, kami meyakini bisa ambil bagian dari Asian Century. Apalagi, lebih dari 50 persen penduduk Indonesia berusia di bawah 29 tahun. Indonesia juga dikaruniai kekayaan dan sumber energi yang cukup," ungkapnya.

Akan tetapi, lanjut Jokowi, kekerasan memberikan dampak kerugian yang sangat besar. Pada 2014, kerugian global akibat kekerasan bersenjata mencapai US$14,3 triliun atau 13,4 persen dari PDB Dunia.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu juga berpendapat, perdamaian dan stabilitas adalah hal yang harus diciptakan dan dijaga, khususnya bagi negara-negara Asia.

Laut China Selatan

Terkait tingginya potensi konflik di Asia, seperti Laut China Selatan dan Semenanjung Korea, Presiden mengemukakan hal itu harus dapat dikelola dengan baik dan menekankan agar penyelesaian secara damai harus selalu menjadi pilihan utama.

"Inilah saatnya dunia paham mengenai pentingnya penyelesaian masalah tanpa menciptakan masalah yang lebih besar. Penyelesaian militer atau penggunaan kekerasan justru akan menumbuhkan kekerasan lainnya, seperti ekstremis, dan bahkan, krisis kemanusiaan,” kata dia.

Pada kesempatan ini, Jokowi menekankan bahwa Indonesia tidak menginginkan Asia menjadi kawasan yang penuh konflik dan menjadi ajang unjuk kekuatan negara-negara besar.

Ia menambahkan, Indonesia juga ingin menekankan bahwa semua negara tanpa terkecuali, harus menghormati hukum internasional.

Menurutnya, dunia sudah tidak berjalan secara bipolar dan sudah muncul banyak negara yang memiliki potensi dan telah terbukti mampu berkontribusi banyak terhadap dunia.

"Saya mengusulkan agar dunia harus ditata dengan melibatkan banyak negara. Indonesia siap menjadi motor terciptanya Asia dan dunia yang damai dan sejahtera,” kata Jokowi.

(ren)