Hampir 150 Orang Korban Tewas Akibat Rangkaian Bom di Suriah

Seorang tentara Suriah mengawasi lokasi ledakan di Suriah, Senin, 23 Mei 2016.
Sumber :
  • REUTERS/Omar Sanadiki

VIVA.co.id –  Korban ledakan bom yang terjadi di Suriah telah menewaskan hampir 150 orang dan melukai 200 lainnya. Kelompok ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Senin, 22 Mei 2016, dua kota di Suriah, Jableh dan Tartous dilanda serangkaian serangan bom bunuh diri. Bom meledak di berbagai tempat di dua kota yang dikuasai kelompok pro Presiden Assad. Salah satu dari empat ledakan di Jableh terjadi ketika seorang pria berjalan ke arah UGD rumah sakit dan meledakkan dirinya. Ledakan lainnya tejadi di sebuah terminal bus.

Younes Hassan, seorang dokter di rumah sakit Jableh mengatakan ia mendengar ledakan di terminal bus, satu menit kemudian terdengar ledakan di rumah sakit. "Situasi sangat darurat. Orang terluka mulai berdatangan," kata Hassan, seperti dikutip kantor berita Reuters, Selasa, 24 Mei 2016.

Kelompok militan ISIS, melalui pernyataannya mengaku bertanggung jawab atas seluruh ledakan tersebut. ISIS juga menyatakan bahwa serangan itu dilakukan agar korban bisa merasakan  kematian yang sama yang telah dilakukan Rusia dan pemerintah Suriah terhadap kota-kota Muslim.

Kelompok HAM Suriah mengatakan 148 tewas dalam lima ledakan bom bunuh diri dan dua bom yang dipasang di sebuah mobil. Serangan tersebut merupakan yang pertama kali terjadi di Tartous, basis pangkalan Angkatan Laut Rusia, dan Jableh di Provinsi Latakia, tidak jauh dari basis udara Rusia.

Kremlin mengatakan bahwa ledakan tersebut menggarisbawahi pentingnya pembicaraan perdamaian, setelah runtuhnya gencatan senjata pada bulan April. Perang Suriah yang telah berkecamuk selama lima tahun telah menewaskan sekitar  250.000 orang. Lebih dari lima juta penduduknya mengungsi ke berbagai wilayah Eropa dan sebagian kecil ke Timur Tengah.

"Ini menunjukkan sekali lagi betapa rapuhnya situasi di Suriah. Hal ini juga menggarisbawahi perlunya langkah-langkah darurat untuk melanjutkan proses negosiasi," kata juru bicara Kremlin, Dmitr Peskov. Melalui ucapan belasungkawa kepada Suriah dan Presiden Assad, Presiden Rusia Vladimir Putin kembali menegaskan kesiapannya untuk berperang bersama pemerintah Suriah melawan kelompok militan.