Ini Hasil yang Dibawa Jokowi dari Korsel dan Rusia
- REUTERS/Sergei Karpukhin
VIVA.co.id – Presiden Joko Widodo (Jokowi) beserta rombongan tiba di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Sabtu 21 Mei 2016 usai kunjungan kerja ke Korea Selatan (Korsel) dan Rusia. Presiden disambut oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla, Menteri Koordinator bidang Maritim Rizal Ramli, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Yuddy Chrisnandi.
Lawatan Presiden selama kurang lebih lima hari tersebut menghasilkan beberapa kesepakatan bilateral, baik antara pemerintah Korea dan Rusia, dengan pemimpin negara ASEAN, maupun dengan pimpinan perusahaan besar di masing-masing negara.
Kunjungan Kenegaraan ke Korea Selatan dilakukan Presiden Joko Widodo pada 16-18 Mei 2016. Dalam pertemuan Presiden Jokowi dengan Presiden Korea Selatan, Park Geun-hye menghasilkan komitmen kuat antara kedua pemerintah untuk meningkatkan kerja sama di berbagai bidang. Dua kerja sama yang akan diprioritaskan adalah akselerasi industrialisasi, dan pengembangan industri kreatif.
Komitmen kerja sama antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Korea Selatan tersebut dituangkan dalam penandatanganan tujuh nota kesepahaman di bidang maritim, industri kreatif, olahraga, geospasial, kawasan ekonomi khusus, restorasi lahan gambut, dan pemberantasan korupsi.
"Dalam perjalanan di Republik Korea tampak juga antusiasme tinggi dari pengusaha swasta Korea, misalnya tercermin di bisnis forum yang dihadiri 500 pengusaha korea. Kesepakatan yang dihasilkan adalah sekitar US$18 miliar," ucap Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, kepada wartawan di ruang VVIP Bandara Internasional Halim Perdanakusuma Jakarta ketika memberikan keterangan pers hasil kunjungan Presiden Jokowi ke Korsel dan Rusia.
Presiden juga menyampaikan pidato kunci pada Asia Conference Leadership yang dihadiri oleh Presiden Park, mantan Presiden AS George Bush, dan tokoh dunia lainnya.
"Pesan Presiden Jokowi adalah mengupayakan ekonomi Indonesia yang terbuka dan kompetitif, pembangunan inklusif, dan kepemimpinan yang dengar suara rakyatnya," ucap Retno
Sementara itu, Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki menyampaikan bahwa di Korea Selatan, Presiden Jokowi menerima penghargaan sebagai Tokoh yang Menginspirasi 2016 dari Anugerah Asosiasi Wartawan Asia (Asia Journalist Association/AJA Award) 2016, dan diserahkan Presiden AJA, Ivan Lim Sin Chin, di Ajou University, Kota Suwon, Korsel.
Hasil Kunjungan Presiden ke Rusia
Dari Korsel, Presiden Jokowi melakukan kunjungan kerja ke Rusia dan melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Vladimir Putin pada 18 Mei 2016, dan menghadiri KTT ASEAN-Rusia pada 19-20 Mei 2016.
Dalam pertemuan Presiden Joko Widodo dengan Presiden Vladimir Putin di Rusia disepakati peningkatan potensi kerja sama dengan Rusia antara lain untuk peningkatan ekspor kelapa sawit, produk perikanan, buah, sayuran, serta kerja sama potensi pariwisata dan diversikasi investasi.
"Semua potensi ini akan ditindaklanjuti," kata Retno.
Kesepakatan investasi dilakukan perusahaan Rusia, yang berkomitmen membangun kilang minyak senilai US$13 miliar. Selain itu, antara Pemerintah Indonesia dengan Rusia juga dilakukan penandatanganan lima nota kesepakatan kerja sama. Yaitu, bidang pertahanan, perikanan, kebudayaan, arsip nasional, dan arsip Kementerian Luar Negeri.
KTT ASEAN-Rusia
Di hari ketiga berada di Rusia, Presiden menghadiri KTT ASEAN-Rusia yang dilakukan dalam memperingati 20 tahun kemitraan ASEAN-Rusia. "Tampak keinginan Rusia untuk meningkatkan kerja sama dalam bidang ekonomi," ucap Retno.
Dalam kesempatan tersebut, Presiden menyampaikan kepada peserta konferensi bahwa kemitraan harus difokuskan pada energi, usaha mikro kecil dan menengah, serta konektivitas. Selain itu, isu keamanan dan perdamaian turut menjadi perhatian yang disampaikan oleh Presiden.
"Kemitraan ASEAN-Rusia harus membawa perdamaian dan kemakmuran bagi dunia," ucap Retno.
Di sela-sela perhelatan KTT ASEAN-Rusia, Presiden juga menyempatkan diri untuk bertemu dengan Perdana Menteri Vietnam dan Singapura. Dua hal utama yang dibahas dengan Perdana Menteri Vietnam, yakni mendorong realisasi target perdagangan sebesar US$10 miliar di tahun 2018, serta melanjutkan negosiasi delimitasi maritim.