Polisi Filipina Girang Duterte Jadi Presiden

Presiden Filipina, Rodrigo Roa Duterte.
Sumber :
  • REUTERS/Erik De Castro

VIVA.co.id – Terpilihnya Rodrigo Duterte sebagai presiden membawa angin segar bagi Kepolisian Filipina. Sebab, selama ini personel polisi mengaku mengalami kekurangan dana untuk dana operasional.

Parahnya lagi, mereka bahkan harus membeli peluru sendiri dan tidak jarang harus menumpang mobil pelayanan pemakaman hanya karena tidak memiliki kendaraan dinas.

Kapten Rommel Anicete, kepala Divisi Pembunuhan Kepolisian Manila mengatakan, ia dan anak buahnya membeli peluru sendiri sejak 1990-an.

Tak hanya itu, Anicete mengaku mengeluarkan kocek sendiri untuk servis pendingin ruangan (AC). Di kantornya, mereka masih menggunakan komputer tua dan tidak memiliki mesin fotokopi.

Sementara itu, seorang pejabat kepolisian Manila mengatakan, mobil dinas polisi juga tidak cukup untuk melakukan patroli, bahkan, salah satu anak buah Anicete menggunakan sepeda motor untuk melakukan tugas-tugas serta membayar bahan bakar dari uang pribadi.

"Kami kekurangan mobil patroli dan radio komunikasi. Kami ingin membagikan senjata untuk setiap anggota polisi, tetapi mereka yang direkrut sejak 2012 hingga kini belum dilengkapi persenjataan dan masih harus menunggu," katanya, seraya menolak disebutkan namanya, seperti dikutip dari situs Reuters, Jumat 13 Mei 2016.

Data resmi Filipina menyebut memiliki jumlah anggota polisi negara sebanyak 160 ribu personel, dengan rasio perbandingannya satu polisi menjaga 650 warga.

Ini masih jauh lebih besar ketimbang Thailand dengan rasio 1:320 dan Malaysia dengan rasio 1:267 anggota kepolisian. Padahal, pemerintah Filipina telah menganggarkan US$1,9 miliar (sekitar Rp25 triliun) untuk kepolisian tahun ini, atau meningkat 13 persen dari tahun lalu.

Menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pada 2012, Filipina dinobatkan sebagai negara dengan tingkat penggunaan methamphetamine atau sabu-sabu tertinggi di kawasan Asia Timur.

Departemen Luar Negeri AS mengatakan, 2,1 persen warga Filipina berusia 16-64 tahun menggunakan sabu, jenis obat terlarang utama yang mengancam kaum muda negeri itu.

Kasus kejahatan di Filipina juga meningkat lebih dari dua kali lipat dari 319.441 menjadi 675.861 kasus. Setengahnya masuk dalam kategori kejahatan serius, salah satunya, kasus perkosaan.