Panama Papers: Raja Arab Saudi Danai PM Israel Netanyahu

Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz al-Saud.
Sumber :
  • Reuters

VIVA.co.id –  Bocoran dokumen Panama Papers kembali mengungkap kabar mengejutkan. Seorang anggota Parlemen Israel menyebut keterlibatan Raja Arab Saudi dalam pendanaan bagi kemenangan Benjamin Netanyahu menjadi Perdana Menteri Negara Zionis itu. Isaac Herzog, anggota Parlemen Israel Knesset dan pemimpin Partai Buruh Israel, mengungkapkan Raja Saudi Salman bin Abdulaziz mendanai kampanye pemilu Netanyahu.

Padahal, selama ini, Israel dan Saudi terang-terangan bermusuhan satu sama lain.

"Pada Maret 2015, Raja Salman mendepositokan 80 juta dollar untuk mendukung kampanye Netanyahu melalui seorang pria Suriah-Spanyol bernama Mohamed Eyad Kayali. Uang tersebut didepositokan pada sebuah akun sebuah perusahaan di Kepulauan Virgin, Inggris, yang dimiliki oleh Teddy Sagi, seorang konglomerat dan pebisnis Israel. Teddy Sagi lalu mengalokasikan dana tersebut untuk mendukung kampanye Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu," ujar Herzog, seperti dikutip dari middleeastobserver.org, Senin, 9 Mei 2016.

Nama Raja Salman muncul, mengikuti nama-nama pemimpin dunia lainnya yang terlebih dulu ketahuan melarikan dana mereka keluar negeri. Sekitar sebelas juta dokumen rahasia dari firma hukum Mossack Fonseca bocor. Firma hukum Mossack Fonseca menjalankan ratusan bisnis untuk mengelola dana milik pribadi dari orang-orang ternama di seluruh dunia. Perusahaan tersebut telah menjalankan operasionalnya selama 40 tahun tanpa kecurigaan. Dokumen yang bocor menunjukkan bagaimana perusahaan Mossack Fonseca telah membantu klien untuk mencuci uang, menghindari sanksi, dan menghindari pajak.

Dokumen-dokumen yang dimiliki oleh firma hukum yang berbasis Panama tersebut telah dikirim ke surat kabar Jerman Sueddeutsche Zeitung, yang kemudian berbagi data dengan  International Concortium of Investigative Journalists (ICIJ). Kemudian, sekitar 107 organisasi media di 78 negara juga menganalisis dokumen.

Direktur International Consortium of Investigative Journalists (ICIJ), Gérard Ryle, mengatakan dokumen-dokumen itu memuat bisnis sehari-hari di Mossack Fonseca selama 40 tahun terakhir.  Kebocoran dokumen ini menjadi salah satu goncangan besar di dunia karena melibatkan nama-nama pemimpin dunia.

Dokumen itu menunjukkan ada 12 pemimpin atau mantan kepala negara yang disebut dalam dokumen tersebut. Dan sedikitnya ada 60 orang yang namanya dikaitkan dengan pemimpin atau mantan kepala negara tersebut. Di antara mereka yang disebut adalah keluarga dan rekan dari mantan Presiden Mesir Hosni Mubarak, mantan pemimpin Libya Muammar Gaddafi, Presiden Suriah Bashar al-Assad dan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz.

Selain itu, dokumen-dokumen itu juga memberikan data dari Perdana Menteri Islandia, Sigmundur Gunnlaugson, yang dikaitkan dengan kekayaan istrinya, juga menyebutkan dugaan pencucian uang berjumlah miliaran dolar yang melibatkan rekan dekat Presiden Rusia Vladimir Putin.

Dokumen Panama juga memperlihatkan bagaimana perusahaan Mossack Fonseca menawarkan bantuan dan jasa keuangan untuk membantu klien mereka menyembunyikan kekayaan atau untuk melakukan banyak transaksi ilegal.

(ren)