Nasib WNI Sandera, Mengaku Mualaf dan Tak Kapok Melaut

Menlu Retno LP Marsudi (kiri) tengah berbincang dengan salah satu ABK
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin

VIVA.co.id – Peter Barahama, salah seorang ABK WNI korban sandera kelompok Abu Sayyaf, mengatakan harus mengaku sebagai Mualaf atau pemeluk Islam saat ditangkap dan disandera.

Hal ini dilakukan Peter bersama dua orang temannya yang beragama Kristiani untuk menyelamatkan nyawa mereka.

"Kami bertiga ditanya apa agamanya, karena mereka selalu mengatakan sedang perang agama. Mereka juga bertanya ada berapa orang Kristen. Kami bertiga terpaksa mengatakan Mualaf demi menyelamatkan nyawa," kata Peter, kala ditemui di Gedung Kemlu RI, Senin, 2 Mei 2016.

Pria yang berprofesi sebagai nakhoda kapal ini menjelaskan, ia bersama sembilan temannya dibebaskan dengan diantar ke lokasi penyerahan menggunakan perahu bersama dengan empat anggota Abu Sayyaf.

Ke-10 ABK WNI itu kemudian lompat dari kapal, langsung menaiki truk pengangkut menuju kediaman Gubernur Provinsi Sulu, Abdusakur Tan II, di Pulau Jolo.

"Dari situ kami dibawa ke Markas Besar Angkatan Bersenjata Filipina di Manila untuk diterbangkan ke Jakarta," kata dia.

Rencananya, siang ini, keluarga Peter akan datang menjemput ke Jakarta. Meski pernah disandera, namun dia mengaku tidak kapok menjalani profesinya sebagai nakhoda kapal.

"Tidak kapok dan trauma. Tergantung perusahan, kalau dipanggil, ya jalan (berlayar)," ungkap Peter. (one)