Turki-China Sepakat Tolak Keberadaan Etnis Uighur
- REUTERS
VIVA.co.id – Kementerian Luar Negeri Turki dan China sepakat untuk tidak mengizinkan penggunaan tanah dan wilayah Turki oleh pihak luar yang akan merusak keamanan China. Hal tersebut disampaikan usai keberadaan etnis Uighur Muslim China yang dianggap merusak hubungan kedua negara.
Dilansir dari situs Reuters, Kamis, 28 April 2016, ratusan hingga ribuan etnis Uighur ingin melarikan diri dari wilayah kerusuhan di Xinjiang, Barat China dan melakukan perjalanan secara sembunyi-sembunyi melalui Asia Tenggara ke Turki.
Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, mengatakan sejumlah etnis Uighur ini lalu terlibat dalam pertempuran yang mendukung kelompok militan di Irak dan Suriah. Sementara itu, Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, berjanji untuk tidak membiarkan "pintu mereka" dibuka etnis Uighur.
"Kedua negara akan bersama-sama melawan kelompok teroris, termasuk Gerakan Islam Turkestan Timur (ETIM), menentang ekstremisme dan membatasi imigrasi ilegal," kata Wang.
Pada kesempatan yang sama, Cavusoglu sepakat untuk meningkatkan kerja sama antiterorisme saat keduanya bertemu di sebuah forum keamanan Asia di Beijing, China, pekan ini.
"Turki akan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk memperkuat kerja sama bilateral antiterorisme, memerangi imigrasi ilegal dan melawan ETIM. Kami terus menekankan masalah keamanan China dengan tidak mengizinkan siapa pun di Turki untuk melakukan kegiatan yang membahayakan keamanan China," ujar Cavusoglu.
Menurut pengakuan para aktivis HAM, etnis Uighur melarikan diri karena terjadi penganiayaan agama di China. Kendati demikian, Beijing menyangkal dan mengatakan adanya kelompok Gerakan Islam Turkestan Timur (ETIM) yang melakukan kekerasan di Xinjiang dalam beberapa tahun ini dan menewaskan ratusan orang. (ase)