Filipina Diburu Waktu Kejar Abu Sayyaf
- Reuters/Erik De Castro
VIVA.co.id – Angkatan Bersenjata Filipina dikabarkan saat ini berada di bawah tekanan dalam upaya menyelamatkan lebih dari 20 sandera warga negara asing pasca tragedi pemenggalan kepala John Ridsdel asal Kanada.
Melansir situs The National, Kamis, 28 April 2016, berdasarkan laporan intelijen Filipina, kelompok militan Abu Sayyaf diperkirakan menyandera sekitar 22 warga negara asing, termasuk 14 WNI yang merupakan anak buah kapal (ABK) yang diculik pada akhir Maret dan April ini.
Oleh karena itu, militer Filipina menyiagakan 2.000 personel dengan dukungan helikopter dan persenjataan lengkap untuk dikirim ke Filipina Selatan memburu kelompok itu, termasuk pimpinan Radullan Sahiron.
Pada Senin, Abu Sayyaf memenggal kepala Ridsdel di wilayah selatan Sulu. Hal ini memicu kecaman dan mendorong Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau membantu Filipina dalam mengejar kelompok ekstremis.
Kepala Ridsdel disimpan dalam sebuah kantong plastik dan dibuang di pinggir jalan oleh dua orang anggota militan menggunakan sepeda motor di Jolo, ibukota Provinsi Sulu. Ia dibunuh setelah Abu Sayyaf tak menerima tebusan yang mereka minta pada batas waktu yang telah ditetapkan.
"Pembunuhan lima anggota dan melukai sekitar 16 orang bersenjata Abu Sayyaf dalam serangan militer tiga hari sebelum eksekusi ini mungkin telah membuat marah mereka dan mendorong pemimpin mereka untuk memutuskan melakukan eksekusi sebagai pembalasan," kata seorang pejabat kepolisian Jolo.