Keluarga Mahasiswa yang Hilang Protes Pemerintah Meksiko

Keluarga 43 mahasiswa Meksiko yang hilang berunjuk rasa memprotes pemerintah, Selasa, 26 April 2016.
Sumber :
  • REUTERS/Edgard Garrido

VIVA.co.id – Ribuan pengunjuk rasa berkumpul di Mexico City pada Selasa, 26 April 2016. Mereka mengajukan protes terhadap cara pemerintah dalam menangani penyelidikan 43 siswa yang dibantai pada 2014.

Orang tua dan kerabat dari para siswa yang diculik bersama 2.000 pengunjuk rasa lainnya turun ke Paseo de la Reforma, jalan utama ibu kota Meksiko. Mereka membawa obor kecil dan foto hitam putih dari siswa yang hilang.

Keluarga korban dan pendukungnya memprotes pemerintah yang tak kunjung bisa menjelaskan nasib anak mereka. Apalagi, dua hari lalu tim peneliti independen mengatakan, pemerintah Meksiko menghalangi mereka melakukan penyelidikan.

Blanca Luz, ibu dari salah satu siswa yang hilang mengatakan, dia ingin bertemu Pena Nieto untuk membahas penyelidikan. "Hati saya tidak bisa menerima lagi. Saya ingin anak saya kembali," kata Luz, sambil berdiri di dekat bangunan kantor Jaksa Agung Meksiko.

Pemerintah telah berulang kali mengatakan para mahasiswa diculik polisi korup di kota Iguala pada 26 September 2014, dan polisi menyerahkan mereka kepada geng narkoba. Pemerintah menyimpulkan, pihak kartel kemudian membakar para mahasiswa tersebut di tempat pembuangan terdekat.

Namun, sebuah panel pakar internasional, yang ditugaskan oleh Komisi Inter-Amerika tentang Hak Asasi Manusia (IACHR), menerbitkan serangkaian laporan yang meragukan kasus tersebut. Dalam laporannya, panel itu mengatakan pemerintah telah merusak penyelidikan dan menghalangi upaya dalam pengungkapan kebenaran.

Berbicara di Jenewa, Juru Bicara HAM PBB Rupert Colville menyatakan keprihatinan tentang kejadian tersebut dan mendesak pihak berwenang di Meksiko untuk mengungkap penyelidikan. "Perhatian utama saat ini adalah untuk menyelesaikan kasus ini hingga akhir," ujar Colville, seperti diberitakan dari laman Channel News Asia, Rabu, 27 April 2016.

Selain itu, dalam konferensi pers Senin lalu, 25 April 2016, juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Johm Kirby juga berharap pemerintah Meksiko memperhatikan saran dari berbagai pihak untuk menyelesaikan penyelidikan. "Kami menyerukan penyelesaian penyelidikan secara penuh dan transparan atas kasus hilangnya mahasiswa ini dan menuntut semua pihak yang bertanggung jawab," kata Kirby.

Kasus pembantaian 43 mahasiswa keguruan, yang diculik pada September 2014 di negara barat daya Guerrero, telah menodai reputasi Presiden Enrique Pena Nieto. Kasus ini juga membuat Meksiko mendapat sorotan soal pelanggaran hak asasi manusia di negara latin tersebut. Namun menjelang dua tahun, kasus tersebut tak juga terungkap.

Laporan: Dinia Adrianjara