Tolak Jadi Budak Seks, ISIS Bantai 250 Perempuan
- www.rt.com
VIVA.co.id – Sekitar 250 orang perempuan dilaporkan telah dibantai oleh kelompok militan ISIS karena menolak menjadi budak seks. Kejadian ini berlokasi di daerah Mosul, Irak.
ISIS dikabarkan memaksa para perempuan muda untuk menikah dengan anggotanya. Mereka yang menolak berakhir dengan eksekusi mati. Bahkan eksekusi terkadang dilakukan di hadapan keluarga korban.
"Sejauh ini setidaknya 250 gadis sudah dieksekusi karena menolak untuk melakukan praktik seksual jihad. Terkadang keluarga korban juga ikut dieksekusi karena tidak bisa memenuhi permintaan ISIS," kata Juru Bicara Partai Demokrat Kurdi, Said Mamuzini seperti dikutip dari laman Metro.co.uk, Jumat, 22 April 2016.
Ghayas Surchi, seorang pejabat dari UniPatriotik Kurdistan (PUK), menjelaskan dengan menyeramkan. Dia menceritakan bagaimana perempuan disiksa dan dilanggar haknya di semua wilayah yang dikuasai ISIS.
Hal ini merupakan contoh terbaru pelecehan dan pembunuhan terhadap perempuan di Mosul sejak kota itu dikuasai oleh ISIS, Juni 2014. Bulan Agustus di tahun yang sama, 500 perempuan Yazidi diculik, disiksa dan dilecehkan secara seksual oleh ISIS.
Sementara itu pada Agustus 2015, 19 perempuan di sana dibunuh secara brutal karena menolak berhubungan badan dengan pejuang ISIS. Lalu pada bulan November, ditemukan kuburan masal berisi mayat warga Yazidi dalam keadaan hancur di kota Sinjar, Irak.
AS kerahkan bomber untuk hancurkan ISIS
Kekejaman ISIS seolah tiada henti. Baru-baru ini Pentagon memaparkan, untuk pertama kalinya kekuatan militer udara Amerika Serikat mengerahkan bomber B-52 dalam upaya penyerangan melawan kelompok militan ISIS.
Dikutip dari situs Al Arabiya, peluncuran alat yang bisa menghancurkan fasilitas penyimpanan senjata di Mosul ini, terjadi pada minggu yang sama ketika Menteri Pertahanan Ash Carter mengunjungi Baghdad. Dia juga mengumumkan akan mengerahkan pasukan tambahan AS, uang tunai, dan peralatan bagi kampanye anti-ISIS di Irak.
Di samping itu, pasukan komando AS juga bekerja sama dengan tentara Kurdi untuk merazia target tokoh senior ISIS. Sementara, Pentagon mengaku telah mengubah strategi serangan udara mereka untuk menghindari korban warga sipil.
Di bawah kebijakan yang baru, otoritas kini berasal dari Panglima AS (bintang tiga) di Baghdad, bukan lagi melalui Komando Pusat AS (bintang empat) di Florida. Juru Bicara Militer AS yang berbasis di Baghdad, Kolonel Steve Warren menegaskan perubahan itu tidak mengurangi standar pengawasan dalam memperhatikan keselamatan warga sipil.
Pentagon mengakui adanya 26 warga sipil yang tewas dalam serangan koalisi yang dipimpin AS sejak kampanye perlawanan terhadap ISIS dimulai pada bulan Agustus tahun 2014 di Irak.
(mus)