Perang Bukan Penyebab Utama Kematian Anak di Afrika Tengah
Selasa, 12 April 2016 - 15:01 WIB
Sumber :
- REUTERS/Siegfried Modola
VIVA.co.id - Konflik tiga tahun yang melanda Republik Afrika Tengah ternyata bukan merupakan penyebab kematian anak-anak nomor satu, melainkan karena malnutrisi (kurang gizi), malaria, diare dan infeksi pernafasan.
Juru Bicara PBB, Stephane Dujarric, mengatakan, angka kematian anak di bawah usia lima tahun sekarang di atas tingkat darurat di 11 dari 16 perfektur dari seluruh negeri dan juga ibu kota negeri itu, Bangui.
"Hal ini menandakan adanya peningkatan yang signifikan sejak sebelum terjadinya krisis," karta Dujarric, seperti dikutip dari situs ABCnews, Selasa 12 April 2016.
Sementara itu, Kantor Kemanusiaan PBB yang dikenal dengan nama OCHA, mengatakan International Medical Corps melaporkan bahwa di daerah-daerah satu dari setiap enam anak mengalami kekurangan gizi akut.
"Kekerasan dan pergolakan di Republik Afrika Tengah yang dimulai tahun 2013 telah memaksa lebih dari 1 juta orang untuk meninggalkan rumah mereka sementara 2,5 juta orang (lebih dari setengah populasi) berjuang untuk bisa memenuhi kebutuhan dasar mereka," bunyi pernyataan OCHA.
Dr. Sambo Soule, dokter Nigeria yang menjalankan pusat gizi untuk International Medical Corps di Perfektur Vakaga, mengungkapkan kalau tingkat kekurangan gizi akut memuncak tahun ini akibat makin terbatasnya akses pengiriman makanan.
Sebelum konflik mulai, OCHA mengingatkan, tingkat kekurangan gizi untuk anak di bawah usia lima tahun yang sangat tinggi disebabkan karena kemiskinan yang meluas, sistem kesehatan buruk, kurangnya akses terhadap air bersih dan sanitasi serta praktik pemberian makan terhadap bayi yang buruk.
"Jumlah ini dua kali lipat dibandingkan tahun 2015." kata Soule. (ren)
Baca Juga :
Juru Bicara PBB, Stephane Dujarric, mengatakan, angka kematian anak di bawah usia lima tahun sekarang di atas tingkat darurat di 11 dari 16 perfektur dari seluruh negeri dan juga ibu kota negeri itu, Bangui.
"Hal ini menandakan adanya peningkatan yang signifikan sejak sebelum terjadinya krisis," karta Dujarric, seperti dikutip dari situs ABCnews, Selasa 12 April 2016.
Sementara itu, Kantor Kemanusiaan PBB yang dikenal dengan nama OCHA, mengatakan International Medical Corps melaporkan bahwa di daerah-daerah satu dari setiap enam anak mengalami kekurangan gizi akut.
"Kekerasan dan pergolakan di Republik Afrika Tengah yang dimulai tahun 2013 telah memaksa lebih dari 1 juta orang untuk meninggalkan rumah mereka sementara 2,5 juta orang (lebih dari setengah populasi) berjuang untuk bisa memenuhi kebutuhan dasar mereka," bunyi pernyataan OCHA.
Dr. Sambo Soule, dokter Nigeria yang menjalankan pusat gizi untuk International Medical Corps di Perfektur Vakaga, mengungkapkan kalau tingkat kekurangan gizi akut memuncak tahun ini akibat makin terbatasnya akses pengiriman makanan.
Sebelum konflik mulai, OCHA mengingatkan, tingkat kekurangan gizi untuk anak di bawah usia lima tahun yang sangat tinggi disebabkan karena kemiskinan yang meluas, sistem kesehatan buruk, kurangnya akses terhadap air bersih dan sanitasi serta praktik pemberian makan terhadap bayi yang buruk.
"Jumlah ini dua kali lipat dibandingkan tahun 2015." kata Soule. (ren)