Ancaman Teror Meningkat, Turki Kembali Siaga
- Reuters/Umit Bektas
VIVA.co.id – Ancaman teror di Turki kembali meningkat. Ancaman tersebut datang dari kelompok militan bersenjata, juga kelompok etnis dan agama. Menanggapi itu, Turki meningkatan langkah-langkah keamanan nasional, termasuk mengintensifkan kehadiran polisi di Istanbul.
Menjelang upacara untuk memperingati berdirinya Departemen Kepolisian Turki, Unit Kepolisian Turki memperkuat pertahanan. Mereka juga menutup sekitar Taksim Square dan menempatkan penembak jitu di atas atap beberapa gedung sekitar lokasi.
Tindakan pengamanan itu meningkat pasca bom yang meledak di bawah jembatan distrik Istanbul Mecidiyekoy, Sabtu malam, dan melukai sedikitnya tiga orang. Bom tersebut menimbulkan suara keras dan menyebabkan kepanikan, tetapi tidak menimbulkan kerusakan atau pun cedera serius.
Dua lokasi hiburan utama di Istanbul, Sultanahmet Square dan Istiklal Street, tahun ini jadi sasaran serangan bunuh diri yang dilakukan oleh kelompok militan ISIS.
Pada bulan Januari, sebuah bom bunuh diri ISIS menewaskan 11 turis Jerman dan melukai 15 lainnya dalam serangan di kota tua Istanbul dan Sultanahmet Square. Sedangkan pada Maret, pembom bunuh diri lain yang juga berasal dari kelompok ISIS, menyerang Istiklal di samping Taksim Square, menewaskan tiga warga Israel dan satu warga iran, dan melukai 39 orang lainnya.
Dilansir dari Xinhua, Senin, 11 April 2016, pada Sabtu lalu kedutaan Besar Amerika Serikat di Turki mengeluarkan status darurat untuk warga Amerika yang berada di Turki, dan memperingatkan mereka untuk berhati-hati di tempat umum. Kedubes AS juga meminta warganya menghindari tempat umum dan pelabuhan di Istanbul dan Antalya, yang merupakan dua tujuan wisata utama yang menarik. Peringatan ini juga diikuti oleh Israel, yang menyerukan kepada semua warga Israel yang berada di Turki untuk segera dievakuasi dari negara tersebut.
Pekan ini, Istanbul juga akan menjadi tuan rumah penyelenggara KTT Organisasi Kerjasama Islam (OKI) ke-13 pada 14-15 April 2016. KTT ini akan dihadiri oleh lebih dari 30 kepala negara. Menurut pakar terorisme, Suat Oren, dari the Ankara-based Research Center for Security Strategies (GUSAM), ISIS tidak hanya menggunakan Turki sebagai pusat transit, tetapi juga sebagai tempat menetap dan berkembang.
"Kelompok ISIS di Turki tidak hanya melakukan tindakan terorisme di Turki, tetapi juga secara aktif terlibat dalam perang di Suriah,” kata Oren.
Laporan: Dinia Adrianjara
(mus)