Wali Kota Belanda Terpesona Keseharian Yogyakarta
- KBRI Den Haag
VIVA.co.id - Daya tarik Yogyakarta tidak hanya Candi Borobudur yang megah dan Kraton Yogya yang bersejarah. Seni budaya dan keseharian masyarakat di Kota Gudeg itu juga magnet yang atraktif bagi masyarakat mancanegara untuk datang berkunjung.
Daya tarik itu ditangkap oleh seniman asal Indonesia dan Belanda dalam suatu pameran akhir pekan lalu di Kota Best, Belanda. Bagi mereka, Yogyakarta bisa jadi salah satu simbol mempererat hubungan kedua bangsa. Ini yang mengundang pesona para pengunjung, termasuk Wali Kota Best sebagai tuan rumah pameran budaya itu.
Kesan ini tampak dalam lukisan karya seniman-seniman muda dari Desa Wisata Jelok, Gunung Kidul dan foto-foto kehidupan masyarakat Yogyakarta, yang dipamerkan di Pusat Kebudayaan Kota Best, Belanda bagian selatan.
Pameran dibuka oleh Duta Besar RI untuk Belanda, I Gusti Agung Wesaka Puja, bersama Wali Kota Best, Anton van Aert, pada Sabtu, 9 April 2016.
Di hadapan para tetamu pada pembukaan acara tersebut, Duta Besar Puja menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan sarana untuk meningkatkan hubungan antar masyarakat Belanda dan Indonesia atau yang disebut people-to-people contact. Melalui kegatan budaya itu diharapkan juga akan semakin memperkuat hubungan kedua masyarakat.
"Cara termudah untuk menciptakan saling pengertian adalah melalui budaya, dan pameran tentang Yogyakarta ini tentu akan dapat meningkatkan hubungan antara masyarakat kota Best dan Yogyakarta. Terlebih slogan kedua kota yang juga sama, yakni 'Yogya Istimewa' dan 'Best Bijzondere,'” kata Dubes Puja, seperti yang dikabarkan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Den Haag.
Wali Kota Anton van Aert pun berterima kasih karena KBRI Den Haag bersama Yayasan Hibiscus telah menyelenggarakan pameran di daerahnya. "Kegiatan budaya ini akan merekatkan hubungan kedua masyarakat dan mendukung kegiatan bersama lainnya seperti perdagangan dan investasi," kata Aert.
Seniman Muda
Pameran tahun ini mempromosikan karya seniman-seniman muda dari Desa Wisata Jelok yang tergabung dalam Galeri Ombo. Beberapa lukisan yang dipamerkan antara lain tentang aktivitas masyarakat dan pemandangan alam di sekitar Pantai Baron.
Sesuai tema, “Javaanse Cultuur and Bizjondere Sultanaat van Yogyakarta” (Budaya Jawa Khususnya di Kasultanan Yogyakarta) foto-foto yang dipamerkan kali ini adalah bidikan Hans Jansen, yang mengabadikan hasil perjalanannya di Yogyakarta.
Foto-foto tentang kehidupan masyarakat Yogyakarta yang dipamerkan kali ini sejumlah 100 karya, baik dalam bentuk cetak maupun digital. Jansen sendiri mengatakan kesannya yang mendalam dengan keramahan masyarakat Yogyakarta dan pola hidup mereka yang penuh rasa syukur. Hal ini dijelaskannya dalam foto-foto berbagai aktivitas masyarakat yang dilakukan dengan tersenyum.
Pada pembukaan pameran yang akan berlangsung sampai 2 Mei 2016, juga ditampilkan tari Golek Ayun-ayun gaya Yogyakarta dan fashion show anak-anak Best dalam berbagai pakaian Batik.
Ine Waworuntu, Direktur Yayasan Hibiscus menjelaskan bahwa kegiatan pameran kali ini adalah untuk yang ketiga kalinya diselenggarakan di kota Best. "Pada tahun pertama, yang ditampilkan adalah tentang Indonesia secara umum, pada tahun 2015 lalu tentang Jakarta dan tahun ini tentang Yogyakarta," kata Ine.
Yayasan yang dipimpinnya juga aktif menyelenggarakan kegiatan pertukaran pelajar SMA, pada tahun 2015 Yayasan Hibiscus membawa 30 anak dari Heerbeek College berkunjung ke salah satu SMA di Yogyakarta dan pesantren di Temanggung.
Bersama KBRI Den Haag, Yayasan Hibuscus juga akan menyelenggarakan Indonesian Day pada Minggu, 22 Mei 2016. "Pameran ini menampilkan berbagai tari dan musik tradisional, workshop Batik, fashion show, bazar aneka suvenir dan makanan tradisional di Zalencentrum Prinsenhof, Best," ungkap Azis Nurwahyudi, Minister Counsellor Penerangan, Sosial, dan Budaya dari KBRI Den Haag. (ase)