Etihad Minta Maaf Tolak Penumpang Disabilitas

Etihad Airways.
Sumber :
  • Reuters.

VIVA.co.id – Maskapai Etihad Airways akhirnya merespons petisi di laman Change.org yang dimulai oleh Dwi Ariyani, orang dengan disabilitas yang ditolak menumpang pesawat Etihad rute Jakarta menuju Jenewa karena menggunakan kursi roda.

Dalam tanggapan yang dimuat di laman resminya, Etihad menyatakan minta maaf atas ketidaknyamanan yang dirasakan oleh calon penumpang Dwi Aryani pada saat diminta turun dari pesawat.

Etihad menyatakan, pihaknya memberikan perhatian serius terhadap kasus tersebut dan sedang melakukan penyelidikan internal untuk mencegah kejadian yang sama terulang.

Etihad juga telah menyampaikan permohonan maaf kepada Dwi dengan menawarkan perjalanan alternatif sebagaimana rilis pers yang dikirimkan, Kamis, 7 April 2016.

Sebelumnya, pada 5 April 2016, Dwi Ariyani memulai petisi berjudul “Eithad Airways Jangan Diskriminasi Disabilitas” yang ditujukan kepada Etihad Airways dan Menteri Perhubungan Ignatius Jonan. Hingga hari ini pada pukul 15.00 WIB, petisi di Change.org/Etihad telah didukung lebih dari 24 ribu tandatangan.

Berikut kutipan petisinya:

“Saya pikir ini ironi. Saat saya hendak berangkat mengikuti acara Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas, saya justru mengalami diskriminasi. Maskapai Etihad Airways menolak menerbangkan saya karena saya memakai kursi roda.  

Saat check-in di counter Etihad sebelum naik pesawat menuju Jenewa dari Jakarta, saya beri tahu petugas check-in bahwa saya membutuhkan kursi roda khusus untuk masuk ke kabin pesawat. Ini selalu saya lakukan sebelum terbang. Saat boarding pun saya diantar oleh petugas ground staff masuk ke dalam pesawat,” demikian tuis Dwi dalam petisinya.

Dia lalu melanjutkan.

"Tapi masalah muncul 20 menit setelah saya duduk di pesawat. Pimpinan kru menghampiri dan mencecar saya dengan beberapa pertanyaan, yang menurut saya “merendahkan” kelompok disabilitas. Ia misalnya bertanya apa saya bisa evakuasi diri sendiri jika pesawat kecelakaan. Saya bilang, saya butuh bantuan untuk evakuasi. Tak lama, datang petugas Airport Operation Officer, Bapak Abrar. Dia kembali menanyakan apakah saya bisa berjalan. Saya jawab bahwa saya bisa berjalan dengan pegangan. Lalu katanya, menurut kru kabin, saya harus turun dari pesawat karena tidak ada pendamping," kata Dwi.

Lewat petisinya Dwi meminta agar pihak Maskapai Etihad tidak lagi mendiskriminasi penyandang disabilitas dan meminta Menteri Perhubungan Ignatius Jonan membuat regulasi yang melarang seluruh maskapai melakukan diskriminasi terhadap penyandang disabilitas atau difabel tersebut. (ase)