Menlu: Isu Imigrasi Indikasi Besarnya Krisis Kemanusiaan

Menlu Indonesia dan Australia saat jumpa pers
Sumber :
  • VIVA.co.id/Rebecca Reiffi Georgina

VIVA.co.id – Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno LP Marsudi, berpidato dalam ajang Bali Regional Ministerial Conference on People Smuggling, Trafficking in Person and Related Transnational Crime VI atau Bali Process (BP) pagi ini, Rabu, 23 Maret 2016.

Dalam pidatonya ia memaparkan, kawasan Indonesia dan puluhan anggota BP lainnya selama ini telah menjadi “rumah” bagi jutaan migran yang meninggalkan negara asal mereka. Isu ini menjadi hal yang penting untuk dibahas bersama dan menghasilkan solusi yang terbaik.

"Dewasa ini, isu mengenai migrasi menjadi lebih kompleks. Konflik dan perang serta permasalahan sosial lainnya membuat orang dengan terpaksa meninggalkan rumah mereka sendiri. Situasi ini pun semakin diperparah oleh kasus korupsi, pengambilan keuntungan berlebihan serta diselingi dengan tindak kriminal yang mengakibatkan keadaan yang berbahaya bagi masyarakat," ujar Retno, Selasa, 23 Maret 2016 di BICC, Nusa Dua, Bali.

Ia memperingatkan, kasus krisis kemanusiaan di Suriah (ratusan ribu migran memasuki Eropa) dan juga kasus migrasi di Laut Andaman pada Mei lalu membuka mata setiap negara akan besarnya krisis kemanusiaan dan bahaya yang terjadi. Semua hal itu, kata Retno, menjadi ancaman sekaligus tantangan bagi BP.

"Kita perlu menggandakan upaya untuk memberikan respons positif dalam menjawab tantangan yang ada. Kita harus bisa mengatasi isu-isu tersebut dengan cara yang lebih komprehensif mulai dari merespons secara cepat hingga mengatasi akar permasalahan yang ada," kata dia.

Ia mengatakan, Indonesia tidak akan bisa mengatasi sendiri setiap permasalahan kemanusiaan yang ada di kawasan. Oleh karena itu, Retno meminta bantuan dan dukungan dari seluruh anggota negara BP, negara yang terlibat krisis, serta organisasi internasional termasuk warga masyarakat untuk bahu membahu menyelesaikan semua isu tersebut.