Situs Berita The Malaysian Insider Resmi Ditutup
- The Malaysian Insider
VIVA.co.id – Situs berita terkemuka Malaysia, The Malaysian Insider, telah resmi ditutup setelah diblokir oleh pemerintah lantaran dianggap terlalu kritis memberitakan pemerintahan Perdana Menteri Najib Razak.
Pemimpin Redaksi Jahabar Sadiq mengatakan bahwa portal berita tersebut ditutup untuk alasan komersial. Setelah mengalami beberapa tekanan dari pemerintah, banyak pegiklan yang mencabut kerjasamanya dengan media independen tersebut.
"Perusahaan milik negara telah diberitahu untuk tidak beriklan dengan kami," kata Jahabar Sadiq, seperti dikutip dari The Guardian, Rabu 16 Maret 2016. Jahabar dan dua editor dari media tersebut ditangkap tahun lalu dengan tuduhan penghasutan. Setelah itu portal berita tersebut diblokir pada Februari tahun ini, sebagai bagian dari tindakan intimidasi terhadap media.
The Malaysian Insider beberapa waktu lalu telah menerbitkan beberapa laporan tentang aliran dana ilegal 1MDB dan penyelidikan dana senilai $681m yag disetorkan ke rekening pribadi PM Najib. Najib telah membantah tuduhan tersebut dan mengatakan bahwa dana tersebut merupakan pemberian dari seorang dermawan dari Arab.
Dalam pesan terakhirnya, Pemred Sadiq menuliskan, "Selamat tinggal pembaca dekat dan jauh, dan orang-orang Malaysia yang telah membaca setiap berita kami. Kami bekerja sebagai jurnalis yang berimbang untuk menginformasikan segala sesuatu di Malaysia. Saya tidak akan meletakkan pena dan kamera saya. Saya tidak akan diam dan menutup telinga atas apa yang terjadi di Malaysia dan dunia. Saya juga mendorong Anda semua untuk melakukan hal yang sama."
Tahun lalu, Malaysia juga memblokir portal berita Inggris yang berbasis di Malaysia, The Sarawak Report, dan dua surat kabar keuangan, Edge Weekly dan Edge Financial Daily. Kedua koran tersebut dimiliki oleh Media Group Edge, yang juga pemilik the Malaysian Insider.
Para aktivis dan pihak oposisi mengeluhkan bahwa Najib telah mengecam kebebasan media, demi melindungi diri dari skandal 1MDB. Saat ini, pers di lingkungan Malaysia juga tengah berada di bawah pengawasan internasional sejak dua wartawan Australia yang bekerja untuk Australian Broadcasting Corporation (ABC) ditangkap pada Sabtu, 12 Maret 2016, setelah mencoba mewawancarai PM Najib atas tuduhan aliran dana korupsi tersebut.
Laporan : Dinia Adrianjara