AS-Korsel Latihan Militer, Korut Siapkan Nuklir
- REUTERS/Jason Lee
VIVA.co.id - Korea Utara, Korea Selatan dan Amerika Serikat saling memberikan ancaman. Kalau duet AS-Korsel melalui latihan militer gabungan (latgab), Korut sesumbar cukup mengarahkan rudal nuklir ke tetangganya itu. Semenanjung Korea pun bakal membara.
Latgab tahunan yang dilakukan AS-Korsel selalu memantik ketegangan di kawasan itu. Namun, AS selalu dibuat jengkel Korut dengan program nuklir mereka. Puncaknya, ketika Pyongyang melakukan tes bom hidrogen bawah tanah, disambung dengan peluncuran roket ke luar angkasa.
Akibatnya, hasrat Paman Sam 'menghukum lebih berat' negeri Kim-Jong-un itu tak terbendung. Sanksi keras tambahan disetujui, Resolusi Dewan Keamanan PBB keluar. Pyongyang langsung mengecam dan mengatakan sanksi baru ini sebagai langkah 'tidak adil dan tidak bermoral'.
Alhasil, hanya berselang satu jam pascaresolusi keluar, Pyongyang kembali berulah dengan mengetes peluncuran proyektil. Tak mau kalah, Paman Sam menggandeng Korsel menggelar latihan militer bersama hari ini. Seperti dikutip situs Channel News Asia, Senin, 7 Maret 2016.
Pesannya jelas, memberi peringatan Korut supaya tunduk sama resolusi. Korut langsung memberi jawaban dengan mengatakan, pihaknya akan menembakkan nuklir dengan sasaran acak terhadap Seoul maupun daratan AS.
Langkah sia-sia
Latgab bersandi "Key Resolve" dan "Foal Eagle" ini melibatkan 300 ribu personil Korea Selatan dan 15 ribu AS ditambah kekuatan AL dan AU kedua negara.
Dalam pernyataan resmi Komisi Pertahanan Nasional Korea Utara, mereka menyatakan siap untuk tampil "all-out" menghadapi strategi ofensif AS-Korsel.
"Latgab yang dipentaskan oleh musuh sama dengan latihan perang nuklir secara terbuka, yang tujuannya melanggar kedaulatan (Korea Utara). Jika kami sekarang menekan tombol (nuklir) untuk memusnahkan musuh, maka semua bentuk provokasi akan berubah menjadi lautan api dan abu dalam sekejap," ungkap pernyataan itu.
Tak hanya itu. Komisi Pertahanan Nasional Korut secara tegas mengatakan AS dan Sekutu telah gagal untuk menyadari kesalahan mereka bahwa semakin memberi banyak sanksi justru membuat 'kuburan' mereka sendiri dalam medan pertempuran.
"Itu (sanksi keras berlapis) adalah tindakan sia-sia," lanjut pernyataan tersebut. (ren)