Apakah 'Persamaan Nasib' Perbaiki Hubungan China-Vietnam?
- globalnation.inquirer.net
VIVA.co.id – Hubungan China dan Vietnam sering mengalami pasang surut. Meski ideologi sama, yaitu komunis, namun berbeda garis politik. Puncak keretakan hubungan kedua negara terjadi pada 17 Februari 1979, di mana China menginvasi Vietnam dengan nama Perang Indochina.
Ujung pangkalnya karena sengketa perbatasan. Tapi, perbedaan garis politik yang memantik api peperangan. Hingga kini, "luka" itu masih membekas di hati rakyat Vietnam. Seperti tak puas, China membuat ulah kembali.
Kali ini, bidikannya wilayah Laut China Selatan (LCS), tepatnya Kepulauan Spartly dan Paracel. Klaim sepihak China atas LCS ditandai dengan sembilan garis putus-putus (Nine Dash Lines) dan ditengarai telah diajarkan di sekolah-sekolah di China sejak 1940, jauh sebelum merdeka.
Kemudian, isu ini berkembang pada 1974, 1998, 2013, 2014 hingga 2015, yang memicu protes keras dari Vietnam, Filipina serta Taiwan. Bahkan, tahun ini, China, meski diam-diam, sudah berani eksis dengan mengerahkan peralatan tempur beserta perangkat komunikasi canggih ke kedua pulau yang disengketakan tersebut.
Vietnam, yang secara geografis sangat dekat dengan China, merasa terancam kedaulatannya. Mereka seperti trauma dengan tragedi Perang Indochina 37 tahun silam, bakal terulang lagi.
Bentuk kemitraan strategis
Menyadari makin memanasnya hubungan, Senin kemarin, Xi Hoang Binh Quan, Utusan Khusus dari Partai Komunis Vietnam, berkunjung ke China bertemu Presiden Xi Jinping.
Binh Quan membawa pesan khusus Ketua Partai Komunis, Nguyen Phu Trong, yang menginginkan hubungan bilateral terjalin atas kepentingan mendasar dari kedua negara.
"China dan Vietnam berbagi nasib yang sama. Begitu juga dengan partai komunis kedua negara," kata Binh Quan, seperti dikutip situs Channel News Asia, Selasa, 1 Maret 2016.
Xi juga berkata demikian. Menurut dia, kedua negara harus terus memperbaiki hubungan yang "rusak" akibat klaim masing-masing atas LCS.
Ia juga menyerukan penanganan yang tepat dari perbedaan antara kedua negara agar tercipta "kemitraan strategis yang komprehensif untuk berkembang secara berkelanjutan, sehat, dan stabil".
"Kami terbuka untuk bekerja sama dengan Vietnam guna mempertahankan frekuensi kunjungan tingkat tinggi dan meneruskan tradisi penting kedua negara, yakni utusan khusus antarpimpinan untuk berkomunikasi dengan satu sama lain," tutur Xi.
Ketegangan meningkat
Pada 2014, Beijing secara terbuka memasang rig minyak di perairan lepas Pantai Vietnam. Langkah sepihak ini berujung pada kerusuhan antiChina di Hanoi, ibu kota Vietnam.
Sejak itu, mereka sering bertukar kunjungan tingkat tinggi, termasuk perjalanan dengan Xi ke Hanoi pada 2015.
Pada Februari 2016, ketegangan meningkat lagi atas kedaulatan teritorial di LCS, setelah Taiwan dan AS menginformasikan Beijing telah menempatkan rudal permukaan ke udara di Pulau Woody, Paracel.
Lagi-lagi, Vietnam menyebut tindakan China ini sebagai "pelanggaran serius" atas pulau tersebut.