Kisah Licinnya Raja Kokain Sejagat dengan Kekayaan Rp270 T
- Reuters
VIVA.co.id - Nama Pablo Escobar dalam bisnis hitam narkotika jaringan internasional memang tak asing. Ya, Pablo Escobar sangat terkenal di masanya sebagai Raja Kokain asal Kolombia, memimpin kartel obat bius jenis kokain di Medellin yang paling disegani dan ditakuti lawannya.
Terlahir dengan nama Pablo Emilio Escobar Gaviria pada 1 Desember 1949 di Kota Rionegro, Kolombia. Ayahnya adalah seorang petani dan ibunya seorang guru sekolah dasar. Escobar memiliki istri bernama Maria Victoria Henao dan seorang putra bernama Sebastian Marroquin.
Meski sempat mengeyam pendidikan tinggi, Escobar muda lebih banyak menghabiskan waktu bersama dengan gengnya di jalanan. Dari jalanan, Escobar mulai terlibat tindak kejahatan, seperti pencurian mobil, penipuan, dan pemalsuan tiket pertandingan sepak bola. Namanya mulai dikenal di kalangan dunia hitam Kolombia.
Kasus-kasus kriminal itu mengantarkan dia pada bisnis peredaran obat bius jenis kokain. Tepatnya pada 1970, Escobar memulai usaha bisnis narkotika dengan membeli kokain dari Bolivia dan Peru, lalu dia sebarkan ke kawasan Amerika Serikat.
Jaringan bisnis kokain Escobar meluas, setidaknya menguasai 80 persen peredaran kokain di Amerika. Segala cara dia tempuh untuk menyelundupkan kokain ke Amerika.
Dari bisnis haram tersebut, kekayaan Escobar mencapai miliaran dolar per bulan. Pada 1989 kekayaan Escobar mencapai puncaknya. Bahkan majalah Forbes mencatat kekayaan Escobar diperkirakan mencapai Rp270 triliun, sehingga menempatkannya sebagai orang terkaya ke tujuh di dunia.
Escobar mampu membangun rumah sekelas istana yang berdiri di atas lahan 2.000 hektare dari pundi-pundi kekayaan yang dimiliknya. Semua fasilitas kelas wahid ada di situ, mulai dari jet pribadi hingga kebun binatang. Escobar pun dijuluki sebagai 'Raja Kokain'.
Di istana yang disebut Hazienda Napoles itu dijaga ratusan tentara pribadi yang akan mengawal dan mengamankan bisnisnya. Dengan kekuatan materi yang melimpah, pada 1982, Escobar mulai terjun di dunia politik dan terpilih menjadi anggota kongres (DPR) di Kolombia.
Escobar semakin memperluas jaringan bisnis kokain dengan kekayaan ditambah kekuatan politik. Sekali pun banyak yang menentang kemunculannya di dunia politik, Escobar bergeming. Ia menggunakan berbagai cara agar semua orang berhenti menentangnya, di antaranya dengan menyuap atau disingkirkan dengan cara dibunuh.
Sudah banyak korban berjatuhan karena menentang Escobar. Setidaknya 4.000 orang, termasuk musuh sesama pengedar narkotika, masyarakat sipil, jaksa, jurnalis, bahkan puluhan anggota kepolisian Kolombia terbunuh akibat kekejaman Escobar.
Bak Robin Hood
Sebuah kejadian mengherankan terjadi saat sekitar 60 anggota polisi mengejar dan mengepung Escobar, namun tak ada satu pun polisi yang berani maju menangkap. Mereka takut. Alhasil, Escobar pun lolos dari kejaran aparat.
Namun pada 1992, Amerika Serikat melalui Komando Operasi Khusus Gabungan dan Centra Spike bergabung dengan Kolombia untuk memburu Escobar.
Takut dengan kekuatan AS yang dikenal memiliki organisasi antinarkoba yang cukup ganas, yakni DEA, Escobar akhirnya menyerahkan diri untuk ditangkap dan diadili, namun dengan syarat penjaranya harus sesuai permintaan. Penjara Escobar tergolong paling istimewa daripada lainnya, penjara inilah yang disebut dengan La Catredal Prison.
Tapi siapa sangka, Escobar berhasil meloloskan diri dari penjara dengan pengamanan ekstra ketat, berkat bantuan adiknya. Pengejaran pun berlanjut.
Koalisi AS dan Kolombia kembali mengerahkan upaya mereka menangkap Escobar. Amerika melatih pasukan elite yang berasal dari Navy Seal dan Delta Force untuk menangkap Escobar.
Bertahun-tahun lolos dari kejaran polisi, polisi Kolombia akhirnya berhasil menemukan lokasi Escobar di rumah bibinya di Medellin. Saat polisi menyergap lokasi, Escobar dan pengawalnya mencoba melarikan diri melalui atap rumah pada Desember 1993.
Escobar yang sudah tersudut saat penyergapan dalam perumahan di Medellin, berusaha lari lewat atap. Escobar sempat terlibat baku tembak dengan polisi, hingga akhirnya Escobar tewas, setelah timah panas polisi menembus tubuhnya. Escobar tewas pada 2 Desember 1993, sehari setelah ulang tahunnya ke-44.
Terlepas dari sikapnya yang sangat kejam dan paling diincar oleh pemerintah Kolombia dan pemerintah Amerika. Namun di mata orang-orang miskin, Escobar tetap dianggap sebagai seorang pahlawan.
Bak Robin Hood, Escobar sering membantu orang miskin, para tunawisma, membangun rumah sakit bagi kaum miskin, gereja, stadion, sekolah, panti asuhan, dan membangun banyak fasilitas untuk masyarakat miskin.