Harga Minyak Dunia Sentuh Harga Terendah Sejak 2003

Pipa minyak mentah bocor di Los Angeles
Sumber :
  • REUTERS/Phil McCarten
VIVA.co.id
- Pencabutan sanksi ekonomi pada Iran membuat harga minyak dunia terjun bebas. Jatuhnya harga minyak ini disebut sebagai yang terendah sejak 2003.


Sejumlah pengamat mengatakan, saat ini pasar bersiap menunggu lompatan ekspor Iran setelah dunia mencabut sanksi ekonomi yang selama ini mengembargo Iran.


Pada hari Sabtu, 16 Januari 2016, Badan Pengawas Nuklir PBB mengatakan Teheran telah memenuhi komitmennya untuk mengurangi program nuklirnya, dan Amerika Serikat segera mencabut sanksi yang telah memangkas ekspor anggota OPEC itu sekitar 2 juta barel per hari (bph).


"Kini Iran bisa menjual sebanyak mungkin minyak pada siapa pun yang mereka inginkan, termasuk dengan harga berapa saja yang mereka inginkan," kata Richard Nephew, Direktur Program Keahlian Ekonomi, Sanksi, dan Pasar Energi di Pusat Kebijakan Energi Global di Universitas Columbia,  seperti dikutip oleh
Reuters
, Minggu, 17 Januari 2016.


Deputi Kementerian Perminyakan Iran, sesaat setelah pengumuman pencabutan sanksi mengatakan Iran siap meningkatkan ekspor minyak mentahnya hingga diatas 500.000 barel per hari.


International Brent Crude LCoc1 jatuh hingga US$27,67 per barel pada pembukaan di Minggu pagi, harga terendah sejak 2003, meski akhirnya kembali naik hingga US$28,25, namun angka itu masih kurang dua persen dari harga penutupan pada Jumat, 15 Januari 2016. US crude CLc1 turun hingga 58 sen , pada angka US$28,84 per barel setelah  jatuh hingga US$28,36 pada awal sesi.


"Pencabutan sanksi aras Iran harus melihat lebih lanjut pada minyak dan komoditas secara lebih luas dan jangka pendek," tulis ANZ. "Kemungkinan Iran memberikan potongan harga untuk menarik pelanggan, bisa memberikan tekanan lebih lanjut pada harga saham dalam waktu dekat," kata tulisan itu menambahkan.

Potensi ekspor baru dari Iran datang pada saat pasar global sudah pulih dari kelebihan pasokan kronis karena produsen memompa produksinya melebihi satu juta barel  minyak mentah setiap hari. Jumlah itu jauh melebihi permintaan, dan berakibat merobohkan harga minyak mentah hingga lebih dari 75 persen sejak pertengahan 2014 dan lebih dari seperempat persen sejak awal 2016.