Pesawat Bomber B-52 AS Bermanuver di Langit Korea

Pesawat tempur B-52 milik AS.
Sumber :
  • Reuters/Andrew Winning

VIVA.co.id - Amerika Serikat melakukan manuver rendah di wilayah udara Korea Selatan dengan pesawat pengebomnya, B-52. Itu dilakukan sebagai reaksi atas uji coba program senjata nuklir oleh Korea Utara pekan lalu.

Pejabat Gedung Putih di Washington, Denis McDonald, seperti dilansir Reuters, Minggu 10 Januari 2016, mengatakan manuver itu sebagai penegasan ke Korea Selatan bahwa kedua negara merupakan sekutu abadi dan senantiasa bekerja sama menghadapi ancaman dari Korut.

Menurutnya, AS juga akan terus bekerja sama dengan China dan Rusia serta sekutunya, Jepang, untuk mengisolasi Korea Utara sampai mereka berkomitmen untuk menyingkirkan senjata nuklirnya.

Pemimpin Korut, Kim Jong Un, mengatakan bahwa uji coba nuklir yang dilakukan tersebut sebagai upaya untuk mempertahakan diri dari dari ancaman serangan perang Nuklir Amerika Serikat.

"Uji coba Nuklir adalah langkah untuk mempertahakan diri, untuk membela perdamaian di semenanjung Korea dan keamanan regional dari bahaya perang nuklir yang disebabkan imperialisme AS," kata Kim melalui Korean Central News Agency (KCNA) seperti dikutip Reuters, Minggu 10 Januari 2016.

Kim juga mengungkapkan, uji coba itu adalah hak dari sebuah negara yang berdaulat. Karenanya tidak berhak satu orang-pun mengkritik kebijakan tersebut.

"Ini adalah hak yang sah, dari negara yang berdaulat dan tindakan adil. Tidak ada satupun yang berhak mengkritik," tegas Kim.

Kim juga menambahkan bahwa uji coba itu dilakukan menjelang kongres Partai Pekerja Korut tahun ini. Menurut dia, itu akan menjadi titik balik bersejarah dalam menyelesaikan penyebab revolusioner Juche.

Juche sendiri diketahui, sebagai rumah berkembangnya ideologi negara Korut, perpaduan dari Marxisme nasionalisme ekstrim yang diprakarsai oleh pendiri Korut sekaligus kakek dari Kim Jong Un, yaknk Kim II Sung.

Akibat uji coba nuklir Korut tersebut, Korsel membalas dengan menyiarkan propaganda  musik K-Pop dan kritik keras atas rezim Kim dengan pengeras suara dekat dengan perbatasan Korut.

Korut pun menganganggap propaganda tersebut sebagai sebuah penghinaan kepada Pyonyang. Propaganda itu juga dinilai Korut mendorong kedua negara serumpun tersebut ke ambang perang. (ren)