Israel Larang Peredaran Novel Kisah Cinta Yahudi-Arab

Ilustrasi.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA.co.id - Kementerian Pendidikan Israel melarang beredarnya buku yang menceritakan kisah cinta antara orang Palestina dan Israel. Kementerian mengatakan, novel itu bisa menjadi ancaman pemisahan identitas.

Dikutip dari Al Arabiya, Rabu, 6 Januari 2016, salah satu pejabat Kementerian Pendidikan, Dalia Penig, menyebut salah satu alasan buku itu dilarang karena keperluan ‘pemisahan identitas’ antara Yahudi dan Arab.

"Hubungan yang sangat dekat antara orang Yahudi dan Arab dianggap banyak pihak di masyarakat sebagai ancaman pemisahan identitas,” ujar Penig.

Pernyataan Penig menimbulkan kontraversi. Para  tokoh kebudayaan Israel angkat bicara dan menyatakan keberatannya.

Alon Idan, salah satu aktivis budaya mengatakan tindakan tersebut malah memberi kesan, pemerintah terlalu berlebihan menjaga kemurnian darah Yahudi. Ia juga menganggap larangan tersebut sebagai pertentangan ras yang dilembagakan.

"Sekarang kita tahu, orang-orang Arab dan Yahudi dilarang menjalin hubungan percintaan," kata Idan.

Tokoh kebudayaan Israel memang sudah sejak lama bertentangan dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Mereka membentuk pemerintahan sayap kanan dan menuntut untuk dilakukan pemilihan ulang.

Novel yang dilarang tersebut adalah  karya Rabinyan yang berjudul "Kehidupan Perbatasan." Novel itu mengangkat tema kisah cinta seorang penerjemah Israel yang jatuh cinta dengan seniman Palestina di New York. Tetapi kisah asmara mereka tak berakhir bahagia karena penerjemah tersebut kembali ke Tel Aviv, sementara sang seniman pulang ke Ramallah di Tepi Barat.

Meski dilarang, namu novel tersebut menjadi salah satu pemenang penghargaan untuk Heboh, Israel Larang Peredaran Novel Kisah Cinta Yahudi-Arab

Kementerian Pendidikan Israel, melarang beredarnya buku yang menceritakan kisah cinta antara orang Palestina dan Israel.
Tidak ada alasan yang jelas disampaikan oleh Kementerian terkait pencabutan ijin peredaran buku tersebut.

Dikutip Al Arabiya, Rabu, 6 Januari 2016, salah satu pejabat Kementerian Pendidikan, Dalia Penig, menyebut salah satu alasan buku itu dilarang karena keperluan ‘pemisahan identitas’ antara Yahudi dan Arab.

"?Hubungan yang sangat dekat antara orang Yahudi dan Arab dianggap banyak pihak di masyarakat sebagai ancaman pemisahan identitas,” ujar Penig.

Pernyataan Penig menimbulkan kontraversi. Para  tokoh kebudayaan Israel angkat bicara dan menyatakan keberatannya.

Alon Idan, salah satu aktivis budaya mengatakan tindakan tersebut malah memberi kesan, pemerintah ingin menjaga kemurnian darah Yahudi. Ia juga menganggap larangan tersebut sebagai pertentangan ras yang dilembagakan.

"Sekarang kita tahu orang-orang Arab dan Yahudi dilarang menjalin hubungan percintaan," kata Idan.

Tokoh kebudayaan Israel memang sudah sejak lama bertentangan dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Mereka membentuk pemerintahan sayap kanan dan menuntut untuk pemilihan ulang.

Novel karya Rabinyan itu diberi judul "Kehidupan Perbatasan." Novel itu mengangkat tema kisah cinta seorag penerjemah Israel yang jatuh cinta dengan seniman Palestina di New York.

Tetapi kisah asmara mereka tak berakhir bahagia karena penerjemah tersebut kembali ke Tel Aviv, sementara sang seniman pulang ke Ramallah di Tepi Barat.

Novel tersebut menjadi salah satu pemenang penghargaan untuk karya-karya kesusasteraan berbahasa Ibrani. (ren)