Dua Pemuda Australia Rajai Bursa Saham AS

Atlassian
Sumber :
  • REUTERS/Shannon Stapleton
VIVA.co.id -  Dua pemuda asal Australia, Mike Cannon dan Scott Farquhar, menjadi penguasa Bursa Saham di AS setelah berhasil menutup perdagangan dengan nilai hingga US$5,8 miliar, pada Kamis, 10 Desember 2015. Angka ini meningkat berkali lipat dibanding penutupan tahun 2014 dengan angka US$3,3 miliar.

Kedua pemuda ini baru berusia 22 tahun ketika mereka mendirikan perusahaan teknologi Atlassian pada tahun 2002. Keduanya masih kuliah di kampus yang sama, University of New South Wales, saat mendirikan Atlassian. Modal awal sebesar US$10.000 mereka dapatkan dari kartu kredit yang mereka miliki. Uang tak besar itu lalu mereka gunakan untuk memulai proyek perdana Atlassian.

Tadi malam, perusahaan yang telah menjadi raksasa teknologi untuk perangkat lunak itu melepas saham di bursa Nasdaq. Perusahaan mereka berhasil menutup pasar dengan angka 8 miliar dolar Amerika. Jumlah yang sangat besar, dan segera melambungkan pasangan ini kedalam posisi 20 besar daftar orang terkaya
Business Review Weekly (BRW).


Kini, setelah 14 tahun berlalu, perusahaan Atlassian telah mempekerjakan 1.200 karyawan dan melayani klien besar termasuk, Twitter, Verizon dan biro antariksa AS NASA, yang menggunakan teknologi yang diciptakan Atlassian untuk space rover-nya. Atlassian bertanggungjawab mengembangkan program, termasuk HipChat, JIRA, Confluence, dan Bitbucket.


Dikutip dari
ABC,
Scott Farquhar mengatakan, mereka telah membawa sejumlah staf yang telah bekerja sama dengan mereka selama lebih dari 10 tahun untuk menguasai New York. Dibalik kesuksesannya, Farquhar mengatakan, mereka akan tetap fokus pada inovasi dan menciptakan perusahaan jangka panjang yang akan memecahkan masalah mendasar.


"Saya kira, hal besar yang saat ini kami dapatkan adalah hasil dari komitmen untuk terus berinovasi dan melakukan kreatifitas, dimana kami telah menguasai area tersebut," katanya.


Kisah Atlassian menjadi kisah langka. Karena sepanjang tahun 2015, perusahaan teknologi mengalami masa suram. Kondisi ini ditandai dengan banyaknya perusahaan yang go publik, atau melepas di bawah valuasi pribadi merka, dan harga sahamnya terus merosot.


Menurut Reuters, alasan investor Amerika berjuang mati-matian untuk mendapatkan saham Atlassian adalah karena perusahaan ini berbeda dengan perusahaan teknologi tinggi lainnya yang hanya menjual mimpi. Atlassian telah memperlihatkan keuntungan selama bertahun-tahun. Mereka menjalankan perusahaan menggunakan arus kas, bukan  dana investor, begitu juga saat mereka melakukan ekspansi global. (ren)