Turki Sindir Rusia Mainkan 'Propaganda Soviet'

Jet tempur Rusia
Sumber :
  • REUTERS/Stringer

VIVA.co.id - Konflik Rusia dan Turki usai jatuhnya jet tempur Rusia tak jua surut. Saling sindir dan ejek antara kedua pemimpin negara terus terjadi.

Saat menyampaikan pidato di acara Konferensi Perubahan Iklim di Paris, Prancis, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, aksi Turki dilatarbelakangi keinginan menutupi perdagangan minyak ilegal dengan Islamic State of Iraq and al-Sham (ISIS).

Perdana Menteri Turki, Ahmed Davutoglu, membantah tuduhan Rusia. Davutoglu balik mengejek Rusia dan mengatakan ucapan Putin sebagai propaganda Soviet.
 
“Pada masa Perang Dingin ada mesin propaganda Soviet, setiap hari ia menciptakan kebohongan yang berbeda. Pertama, mereka akan percaya pada omongan mereka sendiri, dan kemudian mengharapkan dunia untuk percaya mereka. Ini yang dikenang sebagai kebohongan Pravda dan omong kosong,” ujar Davutoglu seperti dilansir Reuters, pada Jumat, 4 Desember 2015.
 
“Ini adalah tradisi lama, tapi tiba-tiba dimunculkan kembali. Tidak ada nilai apa pun yang bisa diambil, kecuali menunjukkan kebohongan propaganda gaya Soviet,” katanya.
 
Davutoglu menyatakan bahwa penolakan terhadap tuduhan Rusia, juga didukung oleh pernyataan Amerika yang menyebut bahwa tidak ada bukti mengenai itu. Dukungan pernyataan Amerika membuat Turki semakin yakin mengatakan, yang disampakan Putin adalah narasi palsu.
 
Sebelumnya, pada Rabu, 2 Desember 2015, juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Mark Toner, mengatakan, Washington menolak tudingan yang mengatakan pemerintah Turki bekerja sama dengan militan untuk menyelundupkan minyak. Toner menambahkan bahwa tidak ada bukti untuk mendukung tuduhan tersebut.

Namun, Presiden Amerika Serikat, Barack Obama dan kelompok senior di pemerintahan Obama sempat mengakui, masih ada beberapa wilayah di perbatasan Turki-Suriah yang masih dikuasai ISIS.

Juru bicara Gedung Putih, Josh Earnest, mengakui hal tersebut. "Masih ada beberapa area yang tak benar-benar bersih dari ISIS," katanya, seperti dikutip dari Aljazeera.com, Rabu, 3 Desember 2015.

Davutoglu mengatakan, Turki sudah melakukan semua yang mereka bisa, termasuk membangun "perbatasan fisik." Ia juga mengatakan, Turki akan selalu bekerja sama dengan Koalisi Internasional untuk menyingkirkan ISIS dari wilayah Suriah.

"Sepanjang 98 km dari perbatasan Turki-Suriah masih dikuasai kelompok ISIS. Pembatas fisik terus kami lakukan di sana," kata Davutoglu. "Turki bertanggung jawab penuh atas seluruh kerja dengan Koalisi Internasional untuk menyingkirkan ISIS dari perbatasan tersebut," dia menambahkan.