Kerugian Akibat Cuaca Ekstrem Indonesia Dinilai Menurun

Warga Prancis menyejukkan diri dari cuaca panas di Miroir d Eau, Bordeaux.
Sumber :
  • REUTERS/Regis Duvignau

VIVA.co.id -  Di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim (COP 21) Paris, Menteri Luar Negeri RI, Retno L.P. Marsudi, membuka pameran kerja sama Indonesia – Perancis di bidang Sistem Peringatan Dini Cuaca Ekstrem di Paviliun Indonesia, Le Bourget Exhibition Centre.

Pameran tersebut mempresentasikan kerja sama antara Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Indonesia dengan Badan Meteorologi Perancis (Météo France) tersebut kepada para partisipan konferensi COP21.

"Kerja sama yang secara resmi diluncurkan sejak tahun 2012 tersebut telah mendukung peningkatan antisipasi dan kesiapan masyarakat Indonesia terhadap fenomena bencana cuaca ekstrem, seperti badai, banjir, longsor, ataupun kekeringan yang semakin sering terjadi sebagai akibat perubahan iklim," demikian tertulis dalam keterangan pers dari Kemenlu RI yang diterima VIVA.co.id, Rabu, 2 Desember 2015.

Modernisasi Sistem Prediksi Meteorologi dan peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia di BMKG telah memberikan dampak sosial positif bagi masyarakat dengan meminimalisir kerugian sosial yang ditimbulkan oleh cuaca ekstrem.

Pameran tersebut juga menampilkan perbaikan kualitas layanan meteorologi cuaca ekstrem antara lain dalam hal layanan digital real time prediksi cuaca per provinsi di Indonesia, ramalan cuaca di jalan-jalan nasional, jaringan deteksi petir, serta diseminasi informasi meteorologi via aplikasi selular dan saluran televisi.

"Menlu RI juga menyaksikan penandatanganan sertifikat konklusi kerja sama antara Kepala Proyek di BMKG dengan Presdir Météo France Internasional. Menlu RI mengharapkan kerja sama tersebut dapat terus dilanjutkan dan dikembangkan ke sektor-sektor terkait lainnya, serta dapat dibagikan sebagai best practice kepada negara-negara anggota Organisasi Meteorologi Dunia (WMO)," demikian pernyataan tersebut.