Usai Ledakan, Tunisia Berlakukan Keadaan Darurat

Polisi anti teror Tunisia
Sumber :
  • Reuters.

VIVA.co.id - Presiden Tunisia memberlakukan keadaan darurat di seluruh negara tersebut. Khusus ibu kota, jam malam juga diberlakukan.

Keadaan darurat diberlakukan setelah terjadi ledakan pada sebuah bus yang mengangkut pasukan pengawal presiden. Akibat ledakan tersebut, 12 orang tewas dan 20 lainnya mengalami luka-luka.

Pemerintah Tunisia menegaskan, aksi ledakan yang terjadi adalah serangan teroris. Ledakan tersebut terjadi di pusat kota Tunis, ibu kota Tunisia.

Awal tahun ini, seorang pria bersenjata secara brutal menembaki warga Tunis. Kejahatan ini menewaskan 60 orang warga yang berada di sekitar lokasi penembakan.

Hingga saat ini, belum ada orang atau kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan yang terjadi pada bus pengawal presiden tersebut. Pengawal ini adalah kelompok elite yang memiliki tugas khusus mengamankan presiden.

Seorang saksi mata, Bassem Trifi, mengatakan, ledakan tersebut terjadi persis di sisi kanan bus. "Situasi langsung kacau balau. Saya melihat lima orang terkapar di jalanan, dan saya yakin, ini bukan ledakan biasa," kata Trifi, yang juga pengacara hak asasi manusia.

Seperti diberitakan Arab News, Rabu, 25 November 2015, Presiden Turki Beji Caid Essebsi yang saat itu tak berada di dalam bus segera menyatakan negara dalam keadaan darurat, dan jam malam diberlakukan di Tunis. Ia juga segera mengadakan pertemuan darurat dengan pihak keamanan pada Rabu pagi, 25 November 2015.

"Tunisia sedang berperang melawan terorisme," katanya saat memberikan pernyataan di sebuah stasiun televisi.

Essebsi juga meminta kerja sama internasional untuk melawan kelompok ekstremis yang telah membunuh ratusan orang di Eropa dan Timur Tengah selama dua pekan terakhir. Mulai dari jatuhnya pesawat Rusia, ledakan di Beirut, hingga ledakan di Paris.

Ledakan ini terjadi selang dua hari setelah pihak berwenang menaikkan level keamanan di ibu kota dan menempatkan sejumlah besar personel keamanan di berbagai area.

Awal bulan ini, pihak berwenang Tunisia mengumumkan pembongkaran jaringan yang mereka sebut memiliki rencana untuk menyerang kantor polisi dan hotel di wilayah Sousse, sekitar 150 km dari Tunis. Sousse disebut sebagai target serangan teroris sejak awal tahun.

Partai Islam yang paling berpengaruh di Tunisia mendesak seluruh warga Tunisia untuk bersatu dan mendukung pihak keamanan untuk menemukan pelaku teror.  Menurut partai tersebut, saat ini, Tunisia menjadi target serangan, karena memilih menjadi negara yang demokratis dan menjadi model bagi negara Islam modern.