Bus Pengangkut Pengawal Presiden Tunisia Dihantam Bom
Rabu, 25 November 2015 - 12:55 WIB
Sumber :
- REUTERS/Zoubeir Souissi
VIVA.co.id
- Sebuah ledakan telah menghantam sebuah bus yang mengangkut pengawal kepresidenan di ibu kota Tunis, Tunisia. Kejadian itu menewaskan 12 orang. Selain itu, sebanyak 17 orang terluka.
Kantor berita Reuters, Rabu, 25 November 2015 melansir serangan itu disebabkan oleh sebuah bom bunuh diri. Serangan itu terjadi ketika bus tengah melintas di Jalan Mohamed V Avenue. Hingga saat ini, belum ada kelompok tertentu yang mengklaim sebagai dalang dari serangan tersebut.
Korban luka dan tewas langsung dilarikan ke rumah sakit. Sementara itu, petugas keamanan menutup jalan di sekitar area terjadinya ledakan.
Presiden Tunisia, Beji Caid Essebsi meminta warganya agar tidak gentar dalam menghadapi serangan teror.
"Mereka ingin kita hidup dalam ketakutan. Tetapi, kita akan membawa ketakutan itu ke markas para teroris. Kita kini tengah berperang dan akan menang," ujar Essebsi.
Usai terjadi serangan teror tersebut, Esssebsi langsung membatalkan kunjungan ke Eropa dan mengatakan Tunisia akan memberlakukan jam malam hingga hari ini pukul 05.00 subuh. Dia juga memberlakukan keadaan darurat selama satu bulan, sehingga memudahkan pemerintah untuk mengerahkan pasukan keamanan.
Menurut sumber petugas keamanan, pengawal masuk ke dalam bus untuk dibawa menuju ke Istana Presiden di pinggiran kota ketika bus meledak. Sumber lain di Istana Presiden mengatakan, kemungkinan pelaku mengaktifkan bom ketika berada di dalam bus.
Mohammed V merupakan jalan besar yang biasanya dipenuhi dengan kemacetan dan para pejalan kaki. Di pinggir jalan itu, juga terdapat beberapa bank dan hotel.
Ini menjadi serangan besar ketiga yang menimpa Tunisia pada tahun ini. Sebelumnya, sebuah kelompok ekstremis melepaskan tembakan secara membabi buta ke turis yang tengah berlibur di sebuah pantai di resor Soussein pada Juni lalu. Akibatnya, sebanyak 38 warga asing dilaporkan tewas.
Baca Juga :
Sebelumnya, teror terjadi di Museum Bardo pada Maret lalu dan didalangi oleh kelompok Islamic State of Iraq and al Sham (ISIS). Akibatnya sebanyak 21 turis dilaporkan tewas.
Peperangan menghadapi kelompok ekstremis menjadi tantangan terbesar bagi Tunisia, sebuah negara kecil di kawasan Afrika Utara. Mereka berupaya untuk menjadi negara demokratis usai terjadi pemberontakan untuk menggulingkan Zine Abidine Ben Ali pada 2011.
Baca Juga :