PM Australia Minta RI Lebih Sering Berbagi Intelijen
Selasa, 24 November 2015 - 16:33 WIB
Sumber :
- REUTERS/Adek Berry/Pool
VIVA.co.id - Australia minta para tetangganya di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, untuk lebih sering berbagi intelijen demi mencegah munculnya serangan teror seperti yang terjadi di Prancis 13 November lalu. Untuk itu, Australia akan mengutus Jaksa Agungnya ke Indonesia demi meningkatkan kerjasama intelijen.
Demikian kata Perdana Menteri Australia, Malcolm Turnbull, saat berbicara di parlemen soal keamanan hari ini, seperti dikutip kantor berita Reuters. Seruan Turnbull itu tak lama setelah Amerika Serikat mengeluarkan peringatan bagi semua warganya di penjuru dunia untuk berhati-hati bepergian menyusul serangan di Prancis dan Mali dan di tempat-tempat lainnya dalam beberapa hari terakhir.
Baca Juga :
Demikian kata Perdana Menteri Australia, Malcolm Turnbull, saat berbicara di parlemen soal keamanan hari ini, seperti dikutip kantor berita Reuters. Seruan Turnbull itu tak lama setelah Amerika Serikat mengeluarkan peringatan bagi semua warganya di penjuru dunia untuk berhati-hati bepergian menyusul serangan di Prancis dan Mali dan di tempat-tempat lainnya dalam beberapa hari terakhir.
Turnbull pun meminta para pemimpin negara-negara tetangga, yaitu Indonesia, Malaysia, dan Singapura, untuk lebih sering berbagi data intelijen mengenai jaringan teroris. Negara-negara di Asia Tenggara itu selama ini sering dikunjungi warga Australia.
"Dari perspektif Australia, kami melihat adanya risiko nyata bahwa para kelompok teroris di kawasan ini kemungkinan terinspirasi dari serangan-serangan yang telah kita saksikan di Ankara, Beirut, Bamako, dan Paris. Kami ingatkan akan adanya fakta ahwa ratusan ribu warga Australia berkunjung ke Asia Tenggara setiap tahun," kata Turnbull, yang beberapa pekan lalu berkunjung ke Jakarta.
Dia juga mengungkapkan bahwa Jaksa Agung George Brandis akan berkunjung ke Indonesia bulan depan untuk membicarakan peningkatan koordinasi intelijen regional. Sejak tahun lalu, Australia meningkatkan kewaspadaan atas aksi-aksi kaum radikal di Negeri Kanguru itu.
September lalu, polisi menembak mati seorang remaja di Melbourne setelah dia menusuk dua petugas anti-teror. Pada Desember 2014, dua sandera tewas saat polisi menyerbu sebuah kafe di Sydney untuk mengakhiri penyanderaan selama 17 jam, yang dilakukan oleh seorang pria, yang akhirnya juga tewas.
Sekitar 120 warga Australia diyakini menjadi simpatisan kelompok ekstremis Daulah Islamiyah Irak dan al-Syam (ISIS). Menurut sumber intelijen, beberapa dari mereka bahkan ada yang jadi pimpinan ISIS.