Kemenangan Bayangi Aung San Suu Kyi
Rabu, 11 November 2015 - 00:17 WIB
Sumber :
- REUTERS/Soe Zeya Tun
VIVA.co.id - Proses penghitungan suara dari Pemilu Myanmar yang digelar pada Minggu, 8 November 2015, masih berlangsung. Namun partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang dipimpin peraih nobel Aung San Suu Kyi berada di ambang kemenangan.
Sejak pemilu diadakan, Suu Kyi telah menyatakan keyakinannya bahwa partai yang ia pimpin akan mampu meraih perolehan suara tertinggi dalam pemilu terbuka di negaranya tersebut.
Hingga menjelang Rabu dini hari, seperti dikutip dari BBC, NLD telah berhasil meraih 53 kursi majelis rendah di parlemen nasional, dari 62 kursi yang telah diumumkan. Angka tersebut sudah memperlihatkan kemenangan gemilang yang disabet partai tersebut.
Pemerintah militer menyerahkan kekuasaan kepada pemerintah semi-sipil pada tahun 2011, namun tentara masih mendominasi politik, bahkan 25 persen kursi di parlemen dicadangkan untuk tentara.
Meski NLD hampir pasti memenangkan pemilu, Suu Kyi tak bisa melanjutkan perjuangannya menjadi pemimpin nomor satu di Myanmar. Ia terganjal konstitusi di negara tersebut yang melarang warga negara mereka menjadi pemimpin apabila menikah dengan orang asing dan memiliki anak dengan kewarganegaraan asing. Padahal suami Suu Kyi adalah seorang sejarawan Inggris.
Namun, sejak Minggu, 8 November 2015, Suu Kyi dengan mantap mengatakan, ia akan berada di atas presiden.
Baca Juga :
Sejak pemilu diadakan, Suu Kyi telah menyatakan keyakinannya bahwa partai yang ia pimpin akan mampu meraih perolehan suara tertinggi dalam pemilu terbuka di negaranya tersebut.
Hingga menjelang Rabu dini hari, seperti dikutip dari BBC, NLD telah berhasil meraih 53 kursi majelis rendah di parlemen nasional, dari 62 kursi yang telah diumumkan. Angka tersebut sudah memperlihatkan kemenangan gemilang yang disabet partai tersebut.
Pemerintah militer menyerahkan kekuasaan kepada pemerintah semi-sipil pada tahun 2011, namun tentara masih mendominasi politik, bahkan 25 persen kursi di parlemen dicadangkan untuk tentara.
Meski NLD hampir pasti memenangkan pemilu, Suu Kyi tak bisa melanjutkan perjuangannya menjadi pemimpin nomor satu di Myanmar. Ia terganjal konstitusi di negara tersebut yang melarang warga negara mereka menjadi pemimpin apabila menikah dengan orang asing dan memiliki anak dengan kewarganegaraan asing. Padahal suami Suu Kyi adalah seorang sejarawan Inggris.
Namun, sejak Minggu, 8 November 2015, Suu Kyi dengan mantap mengatakan, ia akan berada di atas presiden.