JK: Kemiskinan Jadi Celah Terorisme Tumbuh Subur
Rabu, 30 September 2015 - 13:16 WIB
Sumber :
- REUTERS/Andrew Kelly
VIVA.co.id - Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla, pada Selasa pagi kemarin diberi kesempatan untuk berbicara di forum PBB yang membahas mengenai penanganan terorisme dan tindak kekerasan. Di hadapan lebih dari 100 pemimpin negara, JK menyebut aksi terorisme merupakan ancaman besar bagi perdamaian dan keamanan dunia.
Baca Juga :
Dalam teks pidato yang diterima VIVA.co.id pada Rabu, 30 September 2015, JK mengatakan, benih-benih terorisme justru tumbuh di lingkungan negara yang memiliki ketidakadilan sosial, marginalisasi, kemiskinan, konflik jangka panjang dan ideologi yang buruk.
"Aksi terorisme dilakukan karena adanya salah paham mengenai konsep jihad dan juga ideologi negara yang telah ada sebelumnya. Penghapusan paksa penguasa otoriter di sejumlah negara sayangnya sering menyebabkan hilangnya legitimasi politik dan kekosongan kekuasaan di banyak negara yang kemudian dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok ekstremis,” ujar Wakil dari Presiden Joko Widodo itu.
JK mengaku sependapat dengan Obama yang menyerukan agar dalam menghadapi terorisme, dunia tidak hanya mengandalkan tenaga militer saja. Sebab, untuk anggota kelompok militan seperti Islamic State of Iraq and al Sham (ISIS), mereka malah tidak takut terhadap kematian.
Oleh sebab itu, JK menyebut, diperlukan cara-cara untuk mengembangkan strategi yang lebih komprehensif untuk membicarakan masalah tersebut, termasuk bagaimana mempromosikan moderasi dalam ideologi, agama dan politik.
“Untuk melawan teroris, kita semua harus meningkatkan nilai-nilai kemanusiaan dan mempertimbangkan pentingnya pemulihan ekonomi serta perkembangan negara,” kata dia.
Maka, bagi negara yang kini tengah berkecamuk dan dilanda oleh serangan dari kelompok teroris, JK menyarankan agar tidak langsung menerima tawaran bantuan militer dari pihak asing. Sebab, cara itu belum tentu sesuai dengan keadaan dan situasi masing-masing negara. Menurut JK, bantuan militer itu bisa berbanding merugikan negara.
“Kita semua harus meningkatkan upaya dalam atau luar negeri untuk bisa menangani mereka. Dalam pengalaman Indonesia, dibutuhkan kesatuan antara para pemegang kekuasaan dan masyarakat untuk dapat memerangi tindak terorisme dan radikal yang banyak ditemui,” ujar JK.
Dia juga mengajak para pemimpin dunia yang turut hadir dalam forum itu untuk melihat beberapa kebijakan yang telah diimplementasikan Indonesia terkait isu tersebut.
Pertama, kasus terorisme banyak ditemukan di negara-negara miskin. Sehingga, masyarakat internasional seharusnya mengulurkan tangan memberikan bantuan dana untuk meningkatkan kesejahteraan sosial dibandingkan dengan memberikan bantuan senjata militer.
“Poin kedua adalah, Indonesia menggaris bawahi pentingnya penguatan kerangka hukum dan kerjasama internasional dalam menangani masalah terorisme. Terakhir, Indonesia memiliki pandangan diperlukan pendekatan halus kepada pihak terkait dan fokus kepada penanganan penyebab ketidakadilan serta ketidaksetaraan yang sering melahirkan gerakan radikal dan ekstrimis,” ucap dia.
JK menambahkan, Indonesia kerap dan terus meningkatkan semangat toleransi dengan memberdayakan kaum moderat melalui dialog dan aktif melibatkan masyarakat sipil dan tokoh agama, termasuk dua organisasi besar yakni Nahdhatul Islam Ulama dan Muhammadiyah sebagai upaya pencegahan munculnya ideologi terorisme.
“Indonesia siap untuk bekerjasama memerangi segala bentuk tindak dan ideologi terorisme serta manifestasi,” kata dia di bagian akhir pidatonya. (ren)