VIDEO: Ketika New York Liburkan Sekolah di Idul Adha
Jumat, 25 September 2015 - 08:55 WIB
Sumber :
- REUTERS/Stephanie Keith
VIVA.co.id
- Umat Muslim di New York berhasil membuat sejarah untuk memperoleh kesetaraan bersamaan dengan perayaan Idul Adha. Sebanyak 1,1 juta anak sekolah di New York diberikan hari libur agar bisa merayakan hari kurban.
Dikutip dari laman Gulf News, Kamis, 24 September 2015, ini merupakan kali pertama, lebih dari 1.800 sekolah negeri di New York tutup untuk perayaan hari agama Islam. Sebelumnya, sekolah sudah libur karena ada perayaan suci Yahudi, Yom Kippur.
Klik tautan videonya.
Wali Kota New York, Bill de Blasio telah mengungkap kebijakan baru itu sejak bulan Maret. Saat itu, dia mengumumkan sekolah negeri di New York akan mendapatkan dua hari libur untuk merayakan Idul Fitri yang jatuh pada musim panas kemarin dan Idul Adha. Sebelumnya, sekolah telah diliburkan untuk perayaan hari raya besar Krstiani dan hari suci dalam kalender Yahudi.
Tahun depan, Blasio menambahkan satu lagi hari libur yakni perayaan Tahun Baru China yang diperingati tanggal 8 Februari yang akan dirayakan oleh warga Asia-Amerika.
Keputusan Blasio itu mendapat sambutan hangat dari umat Muslim di New York.
"Ini merupakan kemenangan besar untuk melihat hari itu akhirnya tiba," kata salah satu anggota Koalisi Hari Libur Sekolah bagi Umat Muslim dan aktivis asal New York, Linda Sarsour.
Sementara, Direktur Pusat Muslim Jamaica di area Queens, Imam Shamsi Ali, turut mengaku bahagia.
"Sebagai seorang Imam dan orang tua, saya merasa sangat bahagia. Saya yakin kebijakan semacam ini akan membuat umat Muslim merasa lebih dihargai," kata Shamsi.
Orang tua Muslim di New York sebelumnya kerap dibuat bingung apakah tetap membiarkan anak mereka sekolah saat hari libur keagamaan atau meminta cuti. New York menjadi distrik ke-8 yang mengumumkan liburnya sekolah untuk merayakan Idul Adha dan Idul Fitri.
Sebelumnya, sudah ada New Jersey, Massachusetts dan Vermont. Kini, perjuangan serupa masih dilakukan di negara bagian di Amerika Serikat. Para aktivis berharap, dengan keputusan meliburkan sekolah saat perayaan Idul Adha dan Idul Fitri maka akan membuat Islam menjadi agama mainstream dan melawan Islamofobia.
"Saat ini, momennya sangat tegang. Tidak ada satu pun yang lepas berbicara mengenai Islam tanpa menyinggung mengenai terorisme," kata Sarsour.
Dalam beberapa pekan terakhir terjadi beberapa insiden yang menimpa umat Muslim di AS dan diduga akibat Islamofobia. Mulai dari seorang warga Amerika Sikh yang dipukul di Chicago dan disebut seorang teroris. Penyebabnya sepele, hanya karena dia memiliki kulit gelap, berturban dan jenggot. Saking parah luka pukulan yang diderita, pria itu sampai harus dilarikan ke rumah sakit.
Di Detroit, pembangunan sebuah masjid ditolak. Sementara, di Texas, seorang remaja, Ahmed Mohamed, ditahan karena diduga membuat bom oleh guru SMAnya. Padahal, semula Mohamed hanya ingin menunjukkan jam digital yang dia rakit.
Hal itu kian diperparah dengan pernyataan dari dua bakal calon Partai Republik, Donald Trump dan Ben Carson. Dalam kampanye, keduanya menyinggung dan merendahkan agama Islam.
Carson menyebut orang Islam tak layak jadi Presiden AS, sedangkan Trump enggan mengoreksi pernyataan salah satu pendukungnya yang menyebut Presiden Barack Obama seorang Muslim dan bukan warga Amerika.
Belum lagi pemberitaan di beberapa media sempat menyebut mengenai adanya kaum ekstrimis di Suriah, penahanan terhadap simpatisan warga Amerika dan teroris yang mengklaim mewakili Islam kian membuat rasa takut terhadap umat Muslim di AS semakin besar.
Oleh sebab itu, hari libur Idul Adha di New York dianggap terjadi di momen yang tepat.
"Di tengah sentimen dan retorika anti-Muslim di dalam masyarakat kita, seperti yang terlihat dengan Trump, Ben Carson dan penahanan seorang remaja Muslim yang mengirimkan pesan negatif, kebijakan untuk meliburkan sekolah saat Idul Adha justru mengirimkan pesan yang sangat positif," ujar juru bicara Dewan Hubungan Islam-Amerika (CAIR), Ebrahim Hooper.
Namun, jika New York dianggap menjadi preseden baik, maka perjuangan untuk melakukan hal serupa di negara bagian yang lain, masih jauh.