Mendiang Pangeran Uni Emirat Arab Pernah Dituduh Membunuh
Selasa, 22 September 2015 - 15:52 WIB
Sumber :
- REUTERS/Government of Dubai Media Office/Handout via Reuters
VIVA.co.id
- Kisah hidup pangeran tampan Uni Emirat Arab (UEA), Mohammed bin Rashid Al Maktoum, penuh dengan lika liku. Kendati diumumkan wafat pada usia yang masih muda, 33 tahun, pada Jumat pekan lalu, namun masih menyisakan banyak pertanyaan.
Laman Dailymail, Selasa, 22 September 2015 melansir, keterangan resmi penyebab kematian Rashid disebut karena terkena serangan jantung. Namun, banyak spekulasi bermunculan, Rashid sesungguhnya meninggal penyalahgunaan narkotika dan obat steroid. Terlebih, di kalangan kerajaan sudah beberapa kali anggotanya menjalani rehabilitasi akibat kecanduan narkoba.
Namun, tidak ada yang bisa membutkikan spekulasi mengenai kematian Rashid akibat penggunaan obat-obatan.
Kendati merupakan putra Raja, namun Rashid tidak terlalu sering tampil di hadapan publik. Khususnya beberapa tahun sebelum dia meninggal.
Rashid terlahir pada November 1981 lalu dari pasangan penguasa UEA, Sheikh Mohammed dan istrinya, Sheikha Hind bint Maktoum bin Juma Al Maktoum. Sudah menjadi pengetahuan umum, walaupun sang Ayah bersikap modern, tetapi dia menjalani kehidupan poligami dua istri dan memiliki 24 anak.
Baca Juga :
Raja Sheikh Mohammed sukses menjalankan bisnis minyak dan pariwisata sehingga membuat Dubai menjadi tujuan utama yang paling megah di Timur Tengah. Selain itu dia juga memiliki kemampuan berkuda yang piawai. Sosoknya kian dikenal publik karena rutin menghadiri pertemuan-pertemuan bergengsi.
Kehidupan Rashid justru bertolak belakang dari sang Ayah. Dia memilih untuk tidak hidup dalam kemewahan dan rendah hati. Dia mulai menjalani pendidikan di sekolah bergengsi khusus untuk anak laki-laki, Nad Al Sheba.
Kemudian, dia pindah ke Inggris, untuk kuliah di Sandhurst, sebuah kampus ternama untuk perwira militer Inggris. Dia lulus dari sana tahun 2002 lalu. Begitu kembali ke Dubai, dia memegang beberapa jabatan publik yang penting dan kemitraan dengan pengusaha ternama.
Rashid juga membukan perusahaannya sendiri. Salah satu di antaranya, United Holdings Group Dubai. Dengan nilai kekayaan mencapai US$1,9 miliar, dia tidak kesulitan uang untuk bisa berinvestasi dan membesarkan bisnisnya.
Sama seperti Ayah dan kakaknya, Rashid juga memiliki ketertarikan yang besar dalam hal berkuda. Dia kemudian mendirikan stable sendiri di bawah nama Zabeel Racing International. Diaa juga menumbuhkan minatnya pada balap ketahanan yang mirip dengan marathon berkuda. Pada 2006, Rashid menjadi juara nasional dengan meraih dua medali emas di Asian Games.
Tetapi, di tahun 2008, Rashid menghilang dari hadapan publik. Gelar Putera Mahkotanya pun juga dicabut. Sementara, adiknya yang ketiga, Sheikh Maktoum bin Mohammed Al Maktoum, justru diberi gelar sebagai Wakil Raja di saat bersamaan.
Tidak diketahui dengan jelas, mengapa gelar pewaris tahta Rashid dicopot. Saat itu, penjelasan dari Kerajaan hanya menyebut, Maktoum dianggap lebih sesuai untuk posisi itu.
Namun, semua penjelasan itu akhirnya terkuak, ketika sebuah memo rahasia yang ditulis oleh Konsul Jenderal sementara, David Williams menulis Rashid pernah melakukan tindak kriminal. Memo itu kemudian bocor melalui situs whistle blower, Wikileaks.
Di dalam memo itu, Willimas juga menulis Rashid tidak memainkan peranan publik apa pun sebagai pewaris tahta.
"Dia juga dituduh telah membunuh seorang asisten di kantor Raja, sehingga mengorbankan kesempatannya untuk menjadi pewaris tahta," tulis Williams.
Walaupun identitas asisten itu seharusnya tidak pernah terungkap, tetapi, akhirnya tetap terkuak, karena saat itu kebiasaannya mengkonsumsi stereoid juga diketahui. Tuduhan lainnya yang lebih menyeramkan sempat muncul ketika sebuah kawat diplomatik yang ditulis oleh Konsul Jenderal Martin Quinn dari Riyadh, Arab Saudi bocor.
Martin mengatakan ada sebuah pesta seks dan narkoba yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan dihadiri oleh kalangan kerajaan. Salah satunya diduga Pangeran Rashid. Pihak Kerajaan tidak pernah mengeluarkan komentar apa pun mengenai tuduhan terhadap Rashid.
Tetapi, rumor Rashid menggunakan narkoba kembali muncul di tahun 2011 lalu. Saat itu, dia baru saja meletakan kursi Presiden Komite Olimpiade UEA karena banyaknya beban kerjaan yang harus dia lakukan. Mantan asisten berkewarganegaraan Inggris yang pernah bekerja untuk keluarga tersebut, mengajukan tuntutan hukum terhadap Keluarga Kerajaan UEA.
Mantan asisten itu mengatakan, Rashid tidak pernah sibuk bekerja, melainkan mengalami kecanduan narkoba. Saking akutnya kecanduan obat-obatan, Rashid, kata Ali pernah harus direhabilitasi, sehingga membuat marah keluarga kerajaan.
Walaupun, dalam tuduhan di pengadilan dimenangkan oleh keluarga kerajaan, tetapi mereka tidak pernah membantah tuduhan terkait Rashid, sehingga kian menguatkan kebenaran dari tudingan tersebut. Sejak saat itu, Rashid tidak pernah lagi muncul di muka publik.
Sebelum diumumkan meninggal pada Jumat pekan lalu, Rashid selalu berada di balik Istana Zabeel. Kini, dia kembali menjadi tajuk pemberitaan usai dilaporkan meninggal.
Pemerintah mengumumkan tiga hari berkabung demi menghormati Rashid. Sementara, jasadnya dimakamkan di pemakaman Umm Hurair di Dubai yang dihadiri oleh keluarga kerajaan, termasuk kakaknya, Hamdan dan Maktoum pada Sabtu kemarin. (ren)