PBB Gagal Damaikan Suriah
Selasa, 8 September 2015 - 11:53 WIB
Sumber :
- ANTARA/Widodo S. Jusuf
VIVA.co.id
- Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa, Ban Ki-moon, mengakui Dewan Keamanan PBB gagal mencari solusi damai untuk Suriah, karena adanya perpecahan kekuasaan. Perpecahan itu terjadi antara kubu Rusia dan Tiongkok, serta kubu Amerika Serikat dan negara barat.
Dikutip dari harian The Guardian, Senin, 7 September 2015, Ban telah berulang kali mengatakan kepada Rusia dan Tiongkok agar berhenti memblokir aksi DK ketika mencari solusi damai di Suriah. Sebab, akibat situasi di sana yang masih dikepung peperangan, eksodus pengungsi kemudian menyeberang ke Benua Eropa.
"Kami membutuhkan beberapa solidaritas, kesatuan tujuan, khususnya di antara anggota tetap DK," ujar Ban ketika diwawancarai khusus oleh The Guardian dalam rangka peringatan 70 tahun PBB.
Ban menyebut ketika dua pihak itu terbelah, justru kian sulit bagi PBB untuk menyampaikan pesan mereka.
Baca Juga :
"Oleh sebab itu, saya telah mendorong anggota DK untuk melihat isu ini lebih dari sekedar kepentingan mereka. Kita harus melihat kepentingan global," kata Ban.
Sebab, ketika DK solid dalam mengambil keputusan, PBB bisa lebih cepat dalam mengambil keputusan sehingga menghasilkan dampak yang lebih besar dalam menghadapi satu isu. Salah satu contohnya, ketika menghadapi penyelidikan penggunaan senjata kimia Suriah.
Walaupun Ban tidak secara spesifik menyebut nama Rusia dan Tiongkok, tetapi kedua negara itu beberapa kali telah memblokir resolusi penting terkait Pemerintah Suriah. Resolusi yang diblokir yakni terkait penjatuhan sanksi terhadap Suriah atau menekan terhadap negosiasi penempatan warganya.
Tahun lalu, Moskow dan Beijing juga memveto sebuah resolusi yang telah didukung 13 negara anggota permanen dan non permanen DK. Isi resolusi yakni mengenai penyelidikan terhadap tindak kejahatan Presiden Bashar al-Assad hingga ke tingkat pengadilan internasional (ICC).
Ban bahkan mendukung resolusi itu, sambil mengatakan warga Suriah memiliki hak dasar untuk memperoleh keadilan. Dia mengakui paham betul kemarahan publik internasional, karena PBB dianggap mandul dan tidak bisa menghentikan peperangan di Suriah yang telah berlangsung sejak tahun 2011 lalu.
Data yang beragam mengenai jumlah tewasnya korban akibat peperangan juag diterima PBB. The Guardian mencatat lebih dari 300 ribu orang tewas dalam peperangan itu. Sementara, separuh dari jumlah penduduk Suriah telah mengungsi.
Komisi Tinggi PBB untuk pengungsi telah menjelaskan, eksodus warga yang kabur akibat peperangan, merupakan krisis pengungsi terbesar dalam sejarah.
Sekitar empat juta orang telah menyeberang ke negara tetangga Suriah. Hampir separuh dari mereka memilih ke Turki. Sedangkan 10 ribu di antaranya memilih melalui perjalanan berbahaya menyeberang ke Benua Eropa.
UNHCR mengatakan hampir 350 ribu warga Suriah telah mengajukan permohonan suaka politik di Eropa sejak peperangan dimulai. (ase)