Penyelundup Bebas Keluar dan Masuk Perbatasan Turki-Suriah
Senin, 13 Juli 2015 - 18:19 WIB
Sumber :
- Reuters/Murad Sezer
VIVA.co.id - Melewati perkebunan jagung hanya selemparan batu dari perbatasan dengan Suriah, lebih dari dua lusin pria berhasil dibawa memasuki wilayah Turki, lalu diangkut dengan dua minibus yang sudah menunggu.
Dikutip dari laporan Reuters
, Senin, 13 Juli 2015, puluhan orang itu masuk secara ilegal ke Turki, dari wilayah Suriah yang dikuasai kelompok militan ISIS. Mereka juga menggunakan jalur yang sama untuk keluar dari Turki.
Baca Juga :
Dikutip dari laporan Reuters
"Anda jurnalis? Pergi dari sini sekarang, atau saya akan membuat mobil Anda dilempari batu," kata seorang pria pada jurnalis
Reuters
. Turki selama ini membantah, bahwa wilayahnya digunakan untuk penyelundupan militan asing.
Militer Turki juga menyebut telah mengirimkan pasukan tambahan ke kawasan, dalam beberapa pekan terakhir seiring meningkatnya pertempuran di utara Suriah, tapi penyelundupan di perbatasan masih berlangsung.
Ribuan militan asing terus masuk ke Suriah, untuk bergabung dengan ISIS, memperlihatkan begitu mudahnya mereka memperoleh akses, untuk masuk dan keluar dari Suriah melalui negara lain yang bertetangga.
"Mereka (penyelundup) membawa orang-orang lewat perkebunan jagung, karena tingginya tanaman menjadi perlindungan yang baik, membuat mereka tidak terlihat," kata Yusuf, seorang warga Elbeyli, Turki.
Yusuf yang khawatir untuk menggunakan nama panjangnya, menyebut ada ranjau yang ditanam di perbatasan, namun ada juga jalur aman yang telah dibersihkan, serta diketahui oleh militan ISIS.
Turki dalam ISIS
Kendaraan lapis baja Turki melakukan patroli rutin, di sepanjang perbatasan dengan Suriah sejauh 900 kilometer. Tank-tank dan pasukan Turki, berada di posisi yang tak jauh dari lokasi ISIS di Suriah.
Bendera hitam dan militan ISIS, jelas terlihat di atas bangunan-bangunan di luar kota Jarablus, Suriah. "ISIS tidak akan menyerang tentara Turki. Ada begitu banyak orang Turki dalam ISIS sekarang," kata Yusuf.
Disebutnya banyak petinggi ISIS berasal dari Turki. "Kami secara praktis hidup di halaman belakang ISIS," kata Civan Ali (74), seorang petani dari desa Karanfilkoy, menunjuk lumbungnya di bagian belakang.
Lumbung itu hanya beberapa meter dari pagar kawat, pemisah antara tanahnya dengan wilayah Suriah, yang kini dikuasai ISIS. "Jika malam hari mereka ingin datang dan membunuh kami, tidak ada yang bisa menghentikan mereka."