Napak Tilas Hubungan Bugis-Aborigin

Seniman Australia Ronald Nawurapu Wunungmurra
Sumber :
  • VIVA.co.id/Mitra Angelia
VIVA.co.id
- Lebih dari 500 tahun silam, hubungan yang harmonis telah terjalin antara orang Aborigin di benua Australia, dengan orang-orang Bugis dari Makassar, yang dikenal sebagai pelaut-pelaut handal.


"Ada banyak kesamaan. Apa yang kami ucapkan, sama di sini (Makassar). Apa yang kami minum, mereka minum juga. Ada koneksi di situ," kata seniman Aborigin, Ronald Nawurapu Wunungmurra di Jakarta, Senin kemarin, 6 Juli 2015.


Kedatangan Nawurapu ke Indonesia bersama putranya, Jamie Wunungmurra, adalah untuk memperkenalkan budaya Aborigin pada peringatan NAIDOC (Aborigines and Islanders Day Observance Committee).

Tapi selama di Indonesia, dia juga melakukan napal tilas ke Makassar, negeri seberang lautan, tempat asal orang-orang asing sahabat Aborigin, mengingat kembali keharmonisan yang terjalin di masa lalu.

Duta Besar Australia untuk Indonesia, Paul Grigson, mengakui hubungan Indonesia-Australia yang terjalin sejak lama melalui Makassar, sempat terlupakan sekian lama.


"Di masa lalu, kita tidak memberi cukup perhatian untuk itu. Kerap kali, saat kita bekerja pemerintah ke pemerintah, kita lupa dengan kedalaman hubungan, tetapi juga sejarahnya," kata Grigson.


Tapi Nawurapu mengatakan, orang Aborigin tidak pernah melupakan hubungan. Walau tanpa prasasti, buku catatan, sejarah tercatat melalui lagu-lagu, yang menceritakan hubungan orang Aborigin dan Makassar.




Datangnya kapal-kapal orang Makassar, hingga apa yang mereka bawa dan berikan pada orang Aborigin, masih terekam lewat nyanyian. Di antaranya lagu tentang tembakau, gatjala.


"Gatjala berkisah tentang nikmatnya menghisap rokok," kata Nawurapu. Kala itu, tembakau dihisap, saat orang-orang Makassar dan Aborigin berkumpul, mengisi keakraban dalam hubungan mereka.


Orang-orang Bugis dari Makassar datang membawa berbagai hasil alam, seperti tembakau, yang kemudian mereka berikan pada orang Aborigin, sebagai ganti untuk teripang, yang kemudian dibawa balik ke Makassar.


"Mereka harus mengeringkan teripang sebelum dibawa, jadi orang Aborigin dan Makassar bekerja sama dari Juni sampai November," kata Will Stubbs, pegiat seni yang menjadi pendamping sekaligus penterjemah bagi Nawurapu.


Will menyebut sejarah itu sudah melekat dalam kehidupan orang Aborigin, sehingga tidak mungkin sirna oleh waktu. Ditambah lagi kearifan tradisional bangsa asli Australia itu, yang menyatukan mereka dengan alamnya.


"Semua yang dari alam itu suci, memiliki ruh. Pohon, burung, termasuk yang datang dari luar seperti orang-orang Makassar," ucap Nawurapu. (asp)