Penderita Menurun, Korsel Yakin Segera Terbebas Virus Mers
Rabu, 1 Juli 2015 - 21:13 WIB
Sumber :
- REUTERS/Choi Jae-gu/Yonhap
VIVA.co.id - Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia, Cho Taiyong, mengaku optimis Negeri Ginseng akan segera terbebas dari virus Middle East Respiratory Syndrome (MERS).
Berdasarkan data yang dimiliki oleh Pemerintah Korsel, dalam empat hari terakhir sudah tidak ada lagi warga yang terjangkit virus yang populer di Timur Tengah itu.
Demikian ungkap Cho ketika memberikan keterangan pers di Gedung Kedutaan Besar Korsel di kawasan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, pada Rabu, 1 Juli 2015.
Menurut Cho selama ini virus tersebut hanya mewabah di rumah sakit dan tidak menyebar ke tempat umum.
"Jumlah orang yang diisolasi di fasilitas medis juga menurun drastis. Bahkan tidak ada wisatawan asing yang berkunjung ke Korsel terjangkit virus Mers. Oleh sebab itu, saya berharap wabah Mers akan menurun dalam waktu dekat," kata Cho.
Data dari Pemerintah Negeri Ginseng saat ini tercatat 182 penderita virus Mers. Sebanyak 33 orang dilaporkan tewas. Namun, 97 orang telah diizinkan pulang dari rumah sakit. Kini hanya tersisa 52 orang yang masih dirawat.
Baca Juga :
Pada hari ini saja, dua pasien Mers lainnya juga telah diizinkan dokter pulang ke rumah. Cho pun mencoba meyakinkan kepada publik dunia, Korsel masih aman untuk dikunjungi.
Sebagai bukti, Cho menyebut, belum pernah ada kasus di mana warga tertular karena berada di tempat umum.
"Jika Anda sekalian berkunjung dan jalan-jalan ke Korsel, maka minim akan terjangkit virus Mers. Terlebih, pemerintah telah memberikan fasilitas bagi turis asing," Cho menambahkan.
Dia menyebut badan kesehatan dunia (WHO) tidak menyebut Korsel dalam keadaan darurat. Oleh sebab itu WHO mengumumkan untuk tidak membatasi kunjungan dan hubungan dagang dengan Korsel.
"Pemerintah Korsel telah mengendalikan penyakit ini dengan baik," kata Cho.
Virus Mers mulai merebak pada awal Mei lalu. Saat itu, seorang pengusaha Korsel baru saja kembali dari Oman dan mengalami demam serta batuk.
Pria itu kemudian dirawat di sebuah rumah sakit di kota Pyeongtaek, 65 kilometer dari barat daya ibu kota Seoul. Alih-alih diisolasi, pria tersebut malah dijadikan satu dengan pasien lain.
"Pasien pertama berada dekat dengan orang lain di kamar itu. Sepertinya, infeksi lebih luas terjadi ketika dia keluar kamar untuk pemeriksaan, bersin, dan batuk-batuk di area lorong," kata spesialis penyakit menular yang menjadi penasihat pemerintah, Kim Woo-joo.
Menurut seorang perawat di rumah sakit itu, tidak banyak informasi yang dikuasai oleh petugas medis mengenai virus itu ketika pria tersebut dilarikan untuk dirawat. (ase)