Turis Asing Target Serangan Paling Mudah di Tunisia

Polisi berusaha menenangkan kerumunan setelah serangan di Tunisia.
Sumber :
  • REUTERS/Amine Ben Aziza
VIVA.co.id
- Tunisia melakukan penggerebekan besar-besaran, Sabtu, 27 Juni 2015, setelah serangan ekstrimis yang menewaskan 39 orang di kota resor pantai Sousse, Jumat, 26 Juni.


Dilansir dari
Al Jazeera
, seorang pria menyamar sebagai turis, membawa senjata yang disembunyikan dalam payung, melakukan serangan di Hotel Imperial Marhaba.


Saksi mata mengatakan pelaku bergerak leluasa, memilih sasaran dari jarak dekat di pantai, kemudian di sekitar kolam renang hotel, mengisi ulang peluru di senjatanya beberapa kali.


Kementerian kesehatan Tunisia mengatakan korban tewas adalah turis Inggris, Jerman dan Belgia. Pelaku yang akhirnya tewas ditembak polisi, adalah seorang pelajar.


Pejabat senior kementerian dalam negeri, Rafik Chelli, mengatakan pelaku tidak dikenal oleh otoritas, serta tidak pernah masuk dalam daftar orang yang diawasi.


Stasiun radio setempat menyebut polisi menangkap pelaku kedua, namun belum ada konfirmasi dari otoritas, tentang penangkapan maupun perannya dalam serangan.


Serangan itu disebut sebagai yang terburuk dalam sejarah modern Tunisia, serta pembantaian kedua pada 2015, setelah serangan di Museum Nasional Bardo di Tunis, menewaskan 22 orang.



Perdana Menteri Tunisia Habib Essid, mengatakan Tunisia berencana menutup 80 masjid, yang masih berada di luar kendali negara, karena diduga telah memprovokasi kekerasan.


Pemerintah Tunisia sebenarnya telah meningkatkan keamanan, sebelum serangan pada Jumat. Namun apa yang terjadi, memperlihatkan belum maksimalnya pengamanan.


Beberapa turis mengatakan tidak ada personel keamanan di hotel Imperial Marhaba, membuat pelaku dapat bergerak bebas mengeksekusi puluhan turis asing.


"Sekarang dibicarakan tentang lebih banyak polisi dan tentara di lapangan, tapi ada ribuan lokasi tujuan wisata dan hotel bagi turis asing," kata reporter Al Jazeera, Nazanine Moshiri.


Nazanine menyebut sebagian besar turis asing itu, merupakan target yang mudah bagi seseorang yang berniat melakukan serangan. Tunisia dipuji sebagai model transisi demokratis pada 2011.


"Pemilu digelar secara bebas dan adil. Proses politik terjadi dengan baik. Kelompok religius dan sekuler bergabung di pemerintahan. Tapi ada minoritas di Tunisia yang menginginkan negara Islam," kata Nazanine.


Ada ribuan pemuda Tunisia, yang bergabung dengan kelompok-kelompok militan asing, termasuk ISIS di Irak dan Suriah.