Peretasan Data Ungkap Skandal Seks Pejabat AS
Senin, 15 Juni 2015 - 12:41 WIB
Sumber :
- iStock
VIVA.co.id
- Saat seorang purnawiraan berusia 51 tahun mengungkap, dia berselingkuh selama 20 tahun dengan istri mantan teman kuliahnya, semestinya itu tetap menjadi rahasia antara dirinya dan pemerintah.
Namun pekan lalu peretas berhasil mengakses penyimpanan data, memuat fakta-fakta rahasia jutaan pekerja pemerintah federal Amerika Serikat (AS), yang mengguncangkan Washington.
Dikutip dari
Reuters
, Senin, 15 Juni 2015, peretasan Kantor Manajemen Personel Gedung Putih disebut bisa menjadi harta karun bagi mata-mata asing. Kasus purnawiran militer AS hanya salah satu contohnya.
Skandal pria itu dibocorkan, ketika dia mendapat pekerjaan pada kontraktor pertahanan. Diyakini ada banyak data lain yang berpotensi dijadikan alat untuk mempermalukan, atau bahkan memeras para pejabat AS.
Pria itu telah merahasiakan skandal dari istrinya selama dua dekade, sebelum mengungkapnya dalam formulir standar 86 (SF 86), yang harus diisi oleh jutaan pekerja AS untuk lolos dari seleksi keamanan.
Baca Juga :
Pelaku peretasan belum diketahui, namun AS telah menuduh kelompok peretas yang terafiliasi dengan pemerintah China, memicu kekhawatiran jutaan pekerja AS, yang data-data rahasianya mungkin ada di tangan pemerintahan asing.
Veteran intelijen AS mengatakan, peretasan itu akan sangat mengganggu, karena negara seperti China akan dapat menggunakannya, untuk mencari keluarga para pejabat AS di luar negeri.
"Ini tidak memalukan di China. Ini memalukan bagi kita," kata Jenderal (purn) Michael Hayden, mantan direktur CIA dan NSA. Skenario terburuk disebutnya, adalah diungkapnya operasi-operasi rahasia AS.
SF 86 yang terdiri dari 127 halaman, berisi data-data komprehensif dan intrusif, membuat dokumen itu menjadi sasaran penting bagi intelijen asing. Semua data lengkap terkait kehidupan seorang pekerja AS ada di dalamnya.
Skandal seks, penggunaan obat bius, data kesehatan fisik dan jiwa, konsultasi psikiater, hingga catatan utang ada dalam SF 86. "Menakutkan bahwa seseorang dapat tahu begitu banyak tentang kita," kata mantan diplomat senior AS.
Berbagai data personal itu juga dapat dimanfaatkan peretas, untuk menciptakan kerusakan lebih jauh, digunakan membongkar kata kunci rekening bank, dan surat elektronik.