Hamid Awaluddin: Muslim Rusia Kagumi Toleransi Indonesia
Selasa, 9 Juni 2015 - 19:34 WIB
Sumber :
- ANTARA/Prasetyo Utomo
VIVA.co.id
- Mantan Duta Besar RI untuk Rusia, Hamid Awaluddin, mengatakan negara beruang merah itu memiliki warga Muslim yang jumlahnya mencapai 20 persen dari total penduduk. Hal tersebut dimanfaatkan Hamid ketika menjabat sebagai cara untuk melakukan pendekatan demi bisa mempererat hubungan kedua negara.
Demikian ungkap Hamid yang ditemui di Gedung PP Muhammadiyah, kawasan Menteng, Jakarta Pusat ketika digelar dialog bertajuk "Russia-Muslim World Friendship" pada Selasa, 9 Juni 2015. Hamid optimistis di masa depan jumlah pemeluk Islam di Rusia akan terus berkembang.
Beberapa upaya pendekatan yang dilakukan Hamid antara lain, membuka pelatihan perbankan syariah dengan mengirimkan ahli dari Indonesia. Selain itu, pemerintah mengirimkan anak Indonesia untuk mengikuti lomba membaca Al-Quran di Rusia dan mengadakan bazar tahunan.
Sebaliknya, Hamid juga membawa anak-anak Rusia untuk belajar mengenai Islam yang modern di Indonesia.
Baca Juga :
"Mereka melihat dan terkesan dengan toleransi umat beragama yang ada di Indonesia," kata mantan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia periode 2004-2007 itu.
Hamid menjelaskan faktor yang membuat mereka terkesan, karena negara menjadi fasiltator dialog antar umat beragama di Rusia. Negara, kata Hamid, tak memihak ke kelompok mana pun.
Dalam kesempatan itu, Hamid turut mengungkap satu permasalahan yang kerap merusak nama Muslim Rusia, yakni sekelompok orang yang berbuat tindak kriminal dan mengatasnamakan agama. Salah satu tindak kriminal yang pernah dilakukan yakni pengeboman di stasiun kereta bawah tanah Moskow pada tahun 2010 lalu.
BBC melansir akibat pengeboman itu 38 orang tewas dan lebih dari 60 orang lainnya terluka dalam dua serangan bom. Bom meledak sekitar pukul 07.56 di saat jam sibuk dan orang lalu lalang di area stasiun. "Tindakan seperti itu, malah merusak Islam di Rusia," kata Hamid.
Isu tersebut dapat diatasi dengan memberikan pendidikan. Pasalnya, kebanyakan anggota kelompok tersebut berasal dari latar belakang keluarga miskin dan berpendidikan rendah.