PM Australia Bela Aksi Dorong Perahu Pengungsi Rohingya

Perdana Menteri Australia, Tony Abbott
Sumber :
  • REUTERS/Sean Davey
VIVA.co.id - Perdana Menteri Australia, Tony Abbott, membela tindakan tiga negara di kawasan Asia Tenggara yang telah mendorong perahu pengungsi Rohingya agar tak memasuki wilayah mereka. Sebab, selain Australia juga melakukan hal yang sama terhadap para pencari suaka Timur Tengah yang berniat ke negaranya, dia menganggap mungkin itu cara terbaik yang diimplementasikan oleh Thailand, Malaysia dan Indonesia.

Stasiun berita SBS Australia, Minggu, 17 Mei 2015 melaporkan pemimpin Partai Liberal itu mengatakan tak akan mengkritik kebijakan yang diambil oleh tiga negara tadi.


"Saya tidak akan meminta maaf dalam hal apa pun atas tindakan yang telah diambil oleh Australia untuk melindungi keselamatan di laut dengan mendorong kembali perahu di sekitarnya jika itu memang dirasa perlu," ujar Abbott.


Dia menambahkan, jika negara lain memilih melakukan itu, maka sudah jelas kemungkinan cara yang dianggap paling memungkinkan jika ingin memukul mundur arus manusia pencari suaka.


"Jika tindakan itu dianggap lebih tegas di laut lepas, maka biarkan lah begitu," tambah Abbott.


Sikap Abbott ini berbeda dari pernyataan yang dilontarkan oleh PBB. Menurut Badan PBB yang mengurus isu pengungsi di Indonesia, UNHCR, menyerukan agar ketiga negara tersebut tak lagi memping-pong para pengungsi Rohingya asal Myanmar dan Bangladesh. Alih-alih mendorong perahu, PBB menyerukan agar mereka menyelamatkan ratusan pengungsi tersebut.


"Sementara, kami tidak melihat adanya gerakan semacam itu dari pemerintahan mana pun, kendati kami telah berulang kali menyerukan masyarakat internasional untuk bertindak karena orang-orang ini sekarat," kata Savage.


Menurut data yang dimiliki UNHCR, total terdapat 1.400 imigran yang telah mendarat dalam satu pekan terakhir di Indonesia. Pada Jumat pekan lalu, sebanyak 800 pengungsi mendarat di Langsa, Provinsi Aceh. Mereka tiba dengan banyak kisah menyeramkan selama perjalanan menuju ke tujuan akhir Malaysia. Salah satunya termasuk pihak Angkatan Laut yang mendorong perahu mereka dari tepi pantai Indonesia dan Malaysia.


Mahmud Rafiq, salah satunya. Pria berusia 21 tahun itu mengaku kabur dari Myanmar satu bulan lalu. Rafiq mengaku masih ingat betul bagaiaman perahu TNI AL memberikan mereka pasokan makanan dan obat-obatan sebelum akhirnya mendorong dan mengarahkan perahu mereka ke perairan Negeri Jiran. Kemudian, mereka dicehgat lagi oleh AL Malaysia, diberi pasokan makanan dan kembali didorong.


"Kami memiliki pasokan makanan yang sangat sedikit dan kami sepakat akan memberikannya bagi kaum wanita dan anak-anak," papar Rafiq.


Lantaran pasokan makanan yang sedikit, terkadang terjadi perkelahian antara pengungsi Rohingya dengan Bangladesh. Rafiq mengaku, pengungsi Bangladesh memukul mereka.


"Mereka mengambil makanan kami. Mereka mendorong kami jatuh dari perahu dan menyerang kami dengan pisau. Saya dipukul dengan menggunakan papan kayu di kepala dan kaki saya," kata Rafiq.


UNHCR memprediksi, total terdapat sekitar 25 ribu pengungsi Bangladesh dan Rohingya yang kini tengah terapung-apung di lautan. Angka ini dua kali lebih banyak jika dibandingkan periode yang sama di tahun 2014.