Pengalaman Tim Evakuasi WNI di Yaman
Jumat, 8 Mei 2015 - 00:47 WIB
Sumber :
- ANTARA/HO/Aji Surya-Kemenlu
VIVA.co.id
- Diplomat Perlindungan Warga Negara Indonesia (PWNI) dan Badan Hukum Indonesia (BHI), Sapto Anggoro yang menjadi koordinator salah satu tim percepatan WNI di Yaman melalui wilayah Barat, yaitu melalui Arab Saudi, mengungkapkan pengalamannya selama evakuasi WNI di wilayah konflik Yaman pada Kamis 7 Mei 2015.
Sapto merupakan salah satu korban dampak pengeboman Arab Saudi ke gudang senjata di Sanaa pada 20 April 2015 lalu. Saat itu Sapto berada di dalam KBRI yang tidak jauh dari gudang senjata yang menjadi sasaran Arab Saudi.
Sapto menceritakan, tim yang dikoordinasi olehnya turun dari Jeddah ke selatan, yaitu ke Jizan pada 6 April, dengan menempuh perjalanan selama 10 jam perjalanan. Kemudian dalam perjalanan menuju Yaman pun, Sapto menungkapkan tidaklah mudah.
“Tidak mudah masuk ke Yaman, wilayah barat praktis sudah dikuasai milisi Houthi,” ujar Sapto.
Dalam perjalanan, proses imigrasi dan costum menyita rompi antipeluru yang dibawa oleh tim. “Dengan tarik ulur karena ingin pertahankan rompi tersebut, akhirnya rompi disita,” ucap Sapto.
Lalu perjalanan dilanjutkan, ternyata ada kelompok milisi Houthi, kelompok itu menurunkan tim di sebuah hotel didaerah Arab selama 30 menit. Mereka meminta tim turun karena dianggap sebagai tamu mereka, namun Sapto menolak.
Bahkan, Houthi mengatakan tidak akan menyandera tim, Sapto pun mulai khawatir karena beberapa kali sudah menolak dan Houthi tetap bersikeras ingin tim untuk turun.
Baca Juga :
Kemudian di hotel itu, sambung Sapto, tim yang beranggotakan 12 orang ini dihampiri oleh milisi Ansarullah. Mer eka mencurigai dengan adanya rompi antipeluru yang dibawa oleh tim tersebut sebagai unsur-unsur militer.
“Lalu datanglah direktur dari milisi itu, dan mengatakan jika ingin masuk ke Yaman, semua harus ditinggal,” kata Sapto.
Sapto mengatakan, tim memutuskan untuk meninggalkan dan obat-obatan pun sempat ditahan. Akhirnya tim dilepas dengan proses negosiasi selama 1,5 hingga 2 jam.
Sesampai di Hudaydah, tim percepatan yang diketuai oeh Sapto ini memiliki dua tugas utama, pertama menangani WNI yang terjebak di di Aden, kemudian mengumpulkan WNI yang di Sanaa untuk evakuasi.
Pada tanggal 12 April, 56 WNI tiba dari Sanaa menuju Hudaydah dan mereferensikan kembali ke Tanah Air pada tangal 15 April.
Tim masuk ke Sanaa pada tanggal 18 April hari Sabtu, kemudian tanggal 20 April terjadi kejadian pengeboman oleh Arab ke gudang senjata Houthi pada pukul 10.45.
Sehari sebelumnya, serangan kencang sudah terjadi pada sore menjelang malam hari. Kemudian ada tanggal 20 pagi jam 9 serangan sangat meningkat. “Yang terbesar adalah pada pukul 10.45,” ungkap Sapto.
Dalam KBRI tersebut terdapat 17 WNI yang termasuk tim dan 5 orang TKI. Dua orang KBRI luka-luka dan satu TKI yang agak parah dan ditindaklanjuti ke rumah sakit.
Lalu pada saat itu juga, karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk bertahan, 17 WNI dibawa menggunakan 4 mobil KBRI, 3 sedan dan 1 suv menuju wisma.
Kemudian tim pusat mengarahkan untuk keluar dari Sanaa, namun agak kesulitan karena pas warga Sanaa pun keluar dari Sanaa. “Kita data transportasi pada malam hari, dengan perjalanan ke Hudaydah 230 km, dengan kondisi yang pegunungan dan ada jurang, maka kita utuskan pukul 4 pagi, dan Alhamdulillah pukul 6 pagi, kita bisa keluar dari Sanaa,” jelas Sapto.
Duta Besar Indonesia untuk yaman, Wajid fauzi mengatakan sebanyak 2059 WNI telah tiba di Tanah air, termasuk 12 orang yang rencananya kan dipulankan hari ini.
Serta masih terdapat 1194 WNI di Yaman, 944 sudah diketahui keberadaannya, dan sekitar 250 yang belum pasti keberadaanya.