Ini Isi Dokumen yang Dihasilkan di KAA
- Antara/aacc2015/Agus Bebeng
VIVA.co.id - Presiden Joko Widodo resmi menutup pertemuan tingkat tinggi Konferensi Asia Afrika (KAA).
Dari pertemuan yang telah digelar sejak Minggu kemarin disepakati mengenai tiga dokumen yaitu Pesan Bandung 2015, upaya untuk mengintegrasikan ulang kemitraan Asia Afrika dan deklarasi terhadap perjuangan rakyat Palestina.
Pesan Bandung berisi komitmen negara-negara di kawasan Asia dan Afrika terhadap solidaritas dunia, pertumbuhan ekonomi dan hubungan sosial kultural. Di dalam dokumen yang diperoleh VIVA.co.id, Pesan Bandung terdiri dari 41 poin. Di dalam 41 poin tersebut terdapat kesepakatan di antara puluhan negara Asia Afrika untuk kembali berpijak kepada prinsip Dasasila Bandung.
Selain itu, di dalam Pesan Bandung berisi penegasan kembali dukungan yang panjang terhadap hak-hak rakyat Palestina untuk bisa menentukan sendiri dan pencapaian aspirasi legitimasi nasional.
"Untuk mengakhiri hal tersebut, kami kembali menegaskan komitmen untuk membantu pemberdayaan warga Palestina dalam persiapan untuk dan mengantisipasi akhirnya Palestina menjadi negara merdeka dan bebas dari penjajahan," demikian salah satu poin di dokumen tersebut.
Di poin 11 dari Pesan Bandung tercakup prioritas yang harus diberikan terhadap pentingnya solusi warga Palestina sebagai jawaban dari inti utama isu konflik Arab-Israel.
"Kami menekankan pentingnya dan kebutuhan pencapaian terhadap adanya perdamaian dan stabilitas di kawasan Timur Tengah," ujar puluhan negara Asia Afrika dalam dokumen itu.
Dokumen itu turut menyinggung mengenai peran utama dari PBB dalam pencapaian dan mempertahankan perdamaian dan keamanan serta kemajuan kesejahteraan berdasarkan tujuan dan prinsip yang terkandung di dalam piagam PBB dan Dasasila Bandung 1955.
"Khususnya yang terkait dengan rasa hormat terhadap integritas wilayah, kedaulatan dan politik negara merdeka, serta menahan diri dari penggunaan ancaman atau tindak kekerasan terhadap integritas wilayah dan tidak mencampuri urusan domestik mereka."
Sementara untuk dokumen kemitraan baru negara Asia Afrika (NAASP) terdiri dari 32 butir yang tertulis dalam 8 lembar dokumen. Menteri Luar Negeri RI, Retno L.P Marsudi mengatakan, dengan adanya NAASP akan membuat kerja sama di antara negara-negara Asia dan Afrika menjadi lebih fokus, terstruktur, sistematis dan intensif.
"Saya yakin kerangka komprehensif NAASP ini akan membuat bab baru dalam kerja sama Asia-Afrika," kata mantan Duta Besar RI untuk Kerajaan Belanda itu Senin kemarin.
Terdapat satu poin di butir keempat yang dianggap kritikal dan sempat diperdebatkan oleh para delegasi Asia-Afrika ketika dokumen tersebut dibahas di pejabat tinggi senior (Senior Official Meeting). Isinya mengenai seruan terhadap upaya untuk mereformasi PBB, termasuk di dalamnya Sidang Umum dan reformasi Dewan Keamanan.
Menurut seorang pejabat Kementerian Luar Negeri RI, Benua Afrika menuntut adanya perwakilan mereka di Dewan Keamanan PBB sebagai anggota tetap. Sementara, jika hingga mengubah struktur anggota DK, negara-negara besar kecil kemungkinan akan membiarkan itu terjadi.
Program nyata lainnya tertulis di butir ke-24 yakni mengenai inisiatif Tiongkok untuk menyediakan kuota sebanyak 100 ribu bagi warga Asia-Afrika untuk membangun negara mereka dalam kurun waktu lima tahun.
"Negara peserta sepakat untuk membentuk pusat kerja sama di Tiongkok dan menggelar sebuah simposium internasional dengan tema sesuai dengan Semangat Bandung tahun ini," tulis dokumen itu.
Para peserta turut menyambut baik total 350 ribu orang dalam lima tahun ke depan yang telah dibantu. Negara Asia-Afrika juga berkomitmen untuk menyediakan pendidikan jarak jauh dan layanan kesehatan ke 48 negara. Komitmen tersebut nantinya akan diperluas ke negara-negara kawasan Pasifik.
Dalam dokumen itu turut dibahas beberapa langkah penting yakni menyelenggarakan sebuah pertemuan tingkat tinggi Asia-Afrika setiap satu dekade sekali, mengkonsolidasi proses NAASP. Caranya, dengan merotasi ketua bersama NAASP setiap empat tahun sekali.
"Menyelenggarakan pertemuan konsultasi bilateral Menteri di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB. Menggelar pertemuan tahunan antarketua bersama dan memperkuat interaksi antarwarga khususnya di bidang bisnis, akademik, media, pemuda, olah raga dan LSM," papar keterangan tertulis itu.
Di bagian akhir tertera, negara Asia-Afrika akan meninjau kembali implementasi deklarasi di pertemuan tingkat tinggi negara berikutnya.
Sementara, untuk dokumen mengenai deklarasi terhadap perjuangan Rakyat Palestina, terdiri dari 15 butir. Dalam pernyataan itu, tertulis pemimpin negara Asia-Afrika menyesalkan fakta kendati telah 60 tahun berlalu, tetapi warga Palestina tetap dipenuhi hak, kebebasan dan kemerdekaannya.
"Jutaan warga Palestina masih tetap berada di bawah penjajahan dan sebagai pengungsi. Hal itu menunjukkan adanya ketidakadilan bersejarah yang masih berlanjut," kata para pemimpin Asia-Afrika.
Terkait dengan isu mereka dengan Palestina, hanya solusi nyata yang dapat menuntaskan isu kedua negara. Oleh sebab itu negara Asia-Afrika sepakat mendorong agar akhinya Israel menduduki wilayah mereka. Dalam kesempatan itu, negara Asia-Afrika sepakat untuk menyerukan adanya blokade Israel di jalur setempat. Maka Israel harus segera angkat kaki dari wilayah Palestina.
Para pemimpin negara juga meminta Israel yang kerap menghasut dan memprovokasi di bagian Yerusalem, seperti Masjid Al-Aqsa untuk menghentikan serangannya.
Pemimpin negara Asia-Afrika memulai pemberian bantuan pengembangan kapasitas bagi warga Palestina. Terakhir, pemimpin negara Asia-Afrika membantu warga Palestina untuk membela diri dan menunjukkan harapan Palestina menjadi anggota penuh PBB.
(mus)