China pun Belajar dari Singapura

Singapura.
Sumber :
  • Reuters
VIVA.co.id
- Puluhan pejabat pemerintah terbaik di Asia bergabung setiap tahun dalam "kelas wali kota," untuk mempelajari pemerintahan yang baik, manajemen ekonomi dan bagaimana membuat negara mereka seperti Singapura.


Dikutip dari
Reuters
, 24 Maret 2015, mentor mereka di dua universitas adalah tokoh Singapura dari dunia politik, pemerintahan dan sektor keuangan, yang mengungkap rahasia membuat negara yang efisien, kompetitif dan kaya.


Para siswa itu tertarik dengan "demokrasi teratur" Singapura, sebuah sistem yang dibentuk menurut perspektif perdana menteri pertamanya, Lee Kuan Yew, yang wafat pada Senin, 23 Maret 2015.


Bagi negara-negara seperti China dan Myanmar, negara penuh semangat tapi sangat terkontrol seperti Singapura yang dibangun oleh Lee Kuan Yew, dapat menjadi jawaban.


Negara kota itu disebut memiliki proporsi miliarder terbanyak di dunia, perekonomian yang dikagumi banyak negara maju. Hasilnya puluhan negara mengirimkan para pejabat mereka, untuk mempelajari cara Singapura.


Para siswa yang dikirimkan, kini telah mengalami lonjakan karir yang pesat dengan menjadi wali kota, gubernur dan menteri, membuat kursus yang dikelola dua universitas Singapura itu mendapat julukan sebagai "kelas wali kota."


Wang Zhenping, kepala riset untuk komite parlemen provinsi Hebei, menulis buku tentang pengalamannya belajar dalam kursus, yang dikelola oleh Universitas Teknologi Nanyang (NTU) dan Universitas Nasional Singapura (NUS) itu.



"Sebagai negara berkembang, keuntungan Singapura adalah pada pemerintahannya yang sangat efisien. Infrastruktur yang baik, situasi politik dan pertumbuhan ekonomi yang stabil," kata Wang.

Bagi China, kata Wang, Singapura memiliki kedekatan geografis dan kultural, serta kaya pengalaman dalam mengelola pasar. Banyak negara maju di dunia, terkesan dengan kebersihan jalan-jalan di Singapura.


Juga rendahnya tingkat korupsi serta perekonomian yang dinamis. "Program (kursus) itu memberikan kami pelatihan terbaik dari dua dunia. Timur dan Barat," kata Rowena Tan, seorang hakim dari Filipina.


Tan termasuk dalam ribuan orang, yang telah lulus dari program pelatihan administrasi publik dan pemerintahan di Singapura. "Mereka mempelajari apa yang terbaik bagi negara lain, lalu diadaptasikan dengan kondisi mereka," kata Tan.


Setelah 49 tahun pemerintahan junta militer, Myanmar kini berusaha merujuk pada sistem di Singapura, sebagai bagian dari transisi menuju negara demokrasi.


Singapura dinilai sangat sukses mengombinasikan kapitalisme dan sosialisme, model kepemimpinan otoriter dan demokrasi, membatasi kebebasan tanpa membuat publik menderita.


"Semua negara akan mengalami perubahan kebijakan. Hal terpenting adalah bagaimana negara merespon tantangan. Singapura memiliki pelayan publik yang kuat, dan respons mereka pada isu-isu sangat bijak," kata Louise Beehag.


Beehag yang merupakan kepala departemen pendidikan Sekolah Kebijakan Publik Lee Kuan Yew di NUS itu, mengatakan pendidikan bidang anti-korupsi adalah salah satu yang paling populer. (ren)

![vivamore="
Baca Juga
:"]



[/vivamore]