Kisah Hidup Lee Kuan Yew dan Tanah Jawa (II)
- REUTERS/Edgar Su/Files
VIVA.co.id - Pada memoarnya, mantan perdana menteri pertama sekaligus pendiri Singapura, Lee Kuan Yew, menyebut dirinya generasi keempat keluarga China di Singapura.
Lee Kuan lahir pada 16 September 1923 di Jalan Java 92, Singapura, selama masa kolonial Inggris. Ia merupakan putra sulung pasangan Lee Chin Koon, yang pernah tinggal di Semarang, Jawa Tengah, dan Chua Jim Neo.
Lee Kuan mengeyam pendidikan dasar di sekolah China, Choon Guan, selama empat tahun. Sebagai peranakan etnis Hakka, mereka berbicara dengan dialek Hakka di rumah, bukan Mandarin.
Seperti pada kebanyakan orang Singpura saat itu, pengaruh budaya Inggris melekat pada keluarga Lee. Kakeknya, Lee Hoon Leong, memutuskan untuk memberi cucunya pendidikan Inggris.
Lee Hong Leong bahkan menambahkan nama panggilan 'Harry', bagi cucunya. Lee Kuan kemudian melanjutkan pendidikannya di SD Telok Kurau, Raffles Institution, and Raffles College.
Lee Kuan memperoleh beberapa beasiswa, termasuk beasiswa John Anderson untuk kuliah di Raffles College, yang kini bernama Universitas Nasional Singapura.
Kuliahnya lalu tertunda akibat pendudukan Jepang selama Perang Dunia II, pada 1942-1945. Selama pendudukan Jepang, Lee Kuan menjalankan bisnis lem yang terbuat dari tapioka.
Pernah mempelajari bahasa Jepang sebelum Singapura diduduki pasukan Jepang, Lee Kuan direkrut sebagai intelijen militer, untuk menerjemahkan penyadapan laporan sekutu bagi militer Jepang.
Lee Kuan juga menjadi editor bahasa Inggris untuk Hodobu, departemen informasi atau propaganda Jepang, antara 1942-1943. Saat PD II berakhir, dia melanjutkan pendidikan tingginya di Inggris.
Lee Kuan melanjutkan pendidikan di Universitas Cambridge, Inggris. Sempat menempuh bidang ekonomi, tapi kemudian menggantinya dengan hukum di Fitzwilliam College.
Lee lulus dengan status Double Starred, lalu kembali ke Singapura pada 1949, bekerja sebagai pengacara di firma hukum Laycock and Ong.
Lee Kuan menikah dengan Kwa Geok Choo selama kuliah di Inggris, yang disebut Lee Kuan sebagai pernikahan tak resmi, karena dilakukan tanpa sepengetahuan orangtua mereka.
Keduanya kembali menikah, secara resmi, pada 30 September 1950, memiliki dua putra dan satu putri. Putra tertuanya, Lee Hsien Loong, saat ini menjabat sebagai Perdana Menteri Singapura, sejak 2004.
Pada 12 November 1954, Lee Kuan dan sejumlah koleganya dari kelas menengah berpendidikan Inggris, mendirikan partai sosialis Partai Aksi Rakyat (PAP), di mana Lee Kuan menjabat sebagai Sekjen.
Konferensi partai pertama digelar di Victoria Memorial Hall, yang dihadiri lebih dari 1.500 pendukung. Lee Kuan meraih kursi untuk daerah pemilihan Tanjong Pagar, pada April 1955.
Dia menjadi pemimpin oposisi terhadap koalisi pemerintah yang dikuasai partai Barisan Buruh, dipimpin oleh David Saul Marshall. Posisi Lee Kuan terancam, setelah pro-komunis mengambilalih kepemimpinan PAP pada 1957.
Menteri Kepala Lim Yew Hock kemudian memerintahkan penangkapan massal tokoh-tokoh pro-komunis. Lee Kuan kemudian kembali menjabat sebagai Sejen PAP.
PAP mengalahkan Barisan Buruh dalam pemilu 30 Mei 1959, memenangkan 43 dari 51 kursi majelis legislatif. Inggris kemudian memberikan otonomi bagi Singapura, pada 3 Juni 1959.
Singapura dapat mengatur semua urusan negara, kecuali dalam hal pertahanan dan hubungan luar negeri. Lee Kuan menggantikan posisi Lim Yew Hock sebagai menteri kepala, menjabat sebagai PM pertama. (umi)
![vivamore="Baca Juga :"]