Berencana Tutup Pemukiman Aborigin, PM Abbott Dikecam

Perdana Menteri Australia, Tony Abbott
Sumber :
  • REUTERS/Sean Davey
VIVA.co.id
- Perdana Menteri Australia Tony Abbott, seorang kulit putih yang notabene pendatang di benua terkecil dunia itu, kembali membuat keputusan kontroversial dengan rencana menutup 150 pemukiman komunitas terasing Aborigin.


"Komentar Tony Abbott menegaskan kurangnya kebijakan dalam persoalan Aborigin," kata Pat Dodson, pemimpin pertama Dewan Rekonsiliasi Aborigin, dalam artikelnya di
Sydney Morning Herald
, Jumat, 13 Maret 2015.


Dikutip oleh
Telegraph
, Rabu, 11 Maret 2015, Abbott menganggap komunitas tradisional Aborigin merupakan sebuah pilihan gaya hidup, yang karenanya tidak pantas untuk menerima subsidi dari pemerintah.


"Apa yang tidak dapat kita lakukan adalah menyubsidi pilihan gaya hidup, jika pilihan gaya hidup itu tidak kondusif untuk suatu partisipasi penuh dalam masyarakat Australia, yang semua orang harus miliki," kata Abbott.


Komentarnya telah mengundang kecaman dari para pemimpin Aborigin. Tapi Abbott menolak untuk meminta maaf, atas komentarnya untuk mencabut subsidi bagi 150 komunitas terasing Aborigin.


Pemimpin Partai Buruh Bill Shorten, menyebut Abbott sebagai perdana menteri yang masih terjebak pada 1950-an. Sementara Rachel Siewert dari Partai Hijau, menyebut komentar Abbott merefleksikan
rasisme
yang mendalam.


Lilian Lawford (55), perempuan Aborigin yang tinggal bersama suaminya, Keith (62), dalam komunitas kecil bernama Red Soil di Dampier Peninsula, mengatakan bahwa dia tinggal di negara, di mana dia dilahirkan dan dibesarkan.


Jauh dari masalah pilihan gaya hidup, Lilian menegaskan bahwa dia tinggal di tempat di mana dia paling merasa terhubung, karena di tempat itulah dia berasal. "Saya tidak tahu di mana akan hidup, jika bukan di sini," ucapnya.


Ada 274 komunitas terasing Aborigin di Australia Barat, dengan lebih dari setengahnya akan ditutup oleh pemerintah, karena adanya tekanan dari Persemakmuran untuk kembali mengoperasikan layanan pengantaran.


Setelah komentar Abbott, orang-orang Aborigin seperti Lilian kini merasa khawatir bahwa mereka akan dipaksa untuk pindah ke komunitas lebih besar atau ke kota-kota lain.


Warren Mundine, penasihat Abbott untuk masalah Aborigin, mengatakan situasi yang dihadapi sedikit lebih rumit, daripada secara sederhana tentang orang memilih untuk pergi dan tinggal di komunitas terisolasi.


"Itu tidak semudah, seperti jika seseorang dari Sydney memutuskan pergi, lalu tinggal di semak-semak. Ini bukan soal perubahan gaya hidup, tapi sungguh tentang budaya mereka, kepercayaan mereka," kata Warren.

Tapi Warren tidak menjelaskan, apakah Abbott sama sekali tidak pernah mendengar pendapatnya sebagai seorang penasihat. Di Australia, hanya ada sekitar 670.000 orang Aborigin, atau tiga persen saja dari total populasi.

Bisa dibayangkan, jika saat ini Australia telah didominasi oleh para pendatang. Seorang pemimpin Aborigin, Noel Pearson, mengatakan orang Aborigin pernah mendapat penolakan di kota.

"Ada masa dalam sejarah kami, saat mereka menendang kami dari kota. Lalu sekarang mereka mau membawa kita lagi, hanya dengan perubahan kebijakan yang seperti menjentikkan jari," kata Noel.


![vivamore="
Baca Juga
:"]



[/vivamore]