Jatuhnya AirAsia Mulai Dikaitkan Dengan Skandal Suap Alstom
Rabu, 7 Januari 2015 - 16:50 WIB
Sumber :
- tvOne
VIVAnews
- Saat Perdana Menteri Malaysia Najib Razak bermain golf bersama Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama di Hawaii, Minggu, 28 Desember 2014, penerbangan AirAsia QZ8501 mengalami tragedi yang menewaskan 162 orang dalam pesawat.
Penyebab jatuhnya pesawat Airbus 320-200 milik maskapai yang berbasis di Malaysia itu belum diketahui, hingga para penyelidik mengungkap apa yang terjadi selama penerbangan, melalui data rekaman pada kotak hitam pesawat.
Namun berbagai spekulasi terus bermunculan tentang penyebab jatuhnya pesawat, terutama masalah teknis seperti cuaca buruk yang menyebabkan kerusakan mesin. Seperti pada banyak peristiwa lain di dunia, dugaan konspirasi muncul diantara banyak spekulasi.
Beberapa orang di internet, mengaitkan jatuhnya pesawat AirAsia dengan Chi-Man Choi, direktur layanan thermal Alstom, perusahaan peralatan energi dari Prancis yang terlibat dalam skandal penyuapan bernilai miliaran dolar.
Chi-man Choi dilaporkan termasuk dalam 155 penumpang bersama putrinya yang berusia dua tahun, dalam perjalanan dari Surabaya ke Singapura, untuk merayakan Tahun Baru bersama dengan istrinya yang tinggal di Singapura.
Reuters
dalam laporannya, 22 Desember 2014, menyebut bahwa Kantor Penipuan Serius (SFO) Inggris telah menuntut anak usaha Alstom, terkait dengan kasus penyuapan pejabat-pejabat pemerintah demi mengamankan kontrak energi.
Tuntutan itu merupakan kasus terbaru, dalam serangkaian penyelidikan kasus suap internasional yang melibatkan Alstom, yang telah menderita akibat turunnya pesanan peralatan pembangkit listrik sejak krisis keuangan.
Menurut dokumen dari pengadilan Inggris, Alstom Power Ltd dituduh menyerahkan uang suap pada pejabat perusahaan energi milik pemerintah Lithuania, selama delapan tahun terakhir, untuk mengamankan kontrak pasokan suku cadang untuk pembangkit listrik Elektrenai.
Alstom juga terjerat dengan berbagai kasus penyuapan di banyak negara, seperti India, Polandia, dan Tunisia. Selama beberapa tahun terakhir, perusahaan Prancis itu menjadi sasaran investigasi di Swiss, Brasil dan Amerika Serikat (AS).
Perusahaan itu disebut akan mencapai kesepakatan dengan otoritas AS, untuk menyelesaikan kasus terkait penyuapan pejabat di India, China dan Indonesia, untuk mengamankan kontrak pembangkit listrik.
Baca Juga :
Seorang narasumber yang dikutip Reuters